Dewi Daya: Sidrotun Naim Dokter Udang Pertama Indonesia
Sidrotun Naim, dokter udang Indonesia pertama yang fokus meneliti udang untuk meminimalisir kerugian penambak.
14 Apr 2015


Sidrotun Naim melalui masa kecilnya di daratan, tidak dipesisir. Kesempatan Naim untuk mencicipi udang justru ketika ia duduk di bangku kuliah, saat ia sadar bahwa mengkonsumsi makanan yang berasal dari laut justru membuat badan sehat. Cerita awalnya ia menjadi dokter udang bermula dari pekerjaannya sebagai peneliti. Tahun 2005, WWF Indonesia membutuhkan konsultan program kelautan untuk mendampingi para penambak udang pasca tsunami di Aceh. Naim pun terbang ke Aceh dan untuk pertama kalinya bersentuhan dengan tambak udang. Selama di Aceh, ia menyadari bahwa udang-udang di penambakan ini terkena penyakit dan tak satupun penambak berkutik menghadapinya. Saat itulah ia berpikir bahwa hambatan utama budidaya udang adalah penyakit. Hal ini pula yang akhirnya ia sadari sebagai salah satu penyebab kerugian ekonomi dari sektor kelautan. Naim pun tak sembarangan melakukan penelitian, ia langsung membuat proposal dan dosennya terdahulu menyarankannya untuk menelitinya di pusat penelitian udang di Universitas Arizona.

Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) dan White Spot Syindrome Virus (WSSV), adalah penyakit yang kala itu menyerang sebagian besar udang di Indonesia. Bahasa awamnya panu pada udang. Meski tak memberikan dampak penyakit jika manusia mengkonsumsi udang yang terserang penyakit, namun secara perekonomian Indonesia mendapatkan kerugian besar. Naim mengatakan kerugian akibat penyakit itu sendiri bisa mencapai 4 triliun pertahunnya. Angka yang cukup besar bagi Indonesia tentunya.

                Tak cukup meneliti White Spot Syindrome Virus (WSSV) selama 2 tahun di Arizona, si dokter udang ini pun mendapat kesempatan melanjutkan penelitiannya di Program Riset Harvard Medical School, Boston pada tahun 2012. Penelitiannya di Harvard inilah yang menjadi pelengkap penelitian tentang White Spot saat berada di Arizona dan membawanya berkontribusi besar pada penambak udang. Naim berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita udang, juga membantu mengedukasi penambak tentang bagaimana membudidayakan udang secara benar berkat hasil penelitiannya. Tak mengherankan jika sejumlah penghargaan atas kinerjanya sebagai dokter udang pun ia raih. Seperti UNESCO L’Oreal for Women in Science International Award, Prancis (2012), Altech Young Scientist Award, Amerika Serikat, dan Prince Asturias Award, Spanyol (2014).  (IL) Foto: Dok. Sidrotun Naim

 

 

Author

DEWI INDONESIA