Interview Eksklusif dengan Jonathan Anderson
Jonathan Anderson berbagi kisah pekerjaan dan pribadinya melalui interview eksklusif dengan dewi
2 Aug 2015


1.    Ini adalah musim kedua bagi Anda di Loewe. Bagaimana perasaan Anda?
Sangat menyenangkan. Ini baru permulaan dan jalan saya masih panjang. Kami sudah mulai mempersiapkan koleksi-koleksi berikutnya, toko-toko baru, show-show yang akan datang. Saya suka apa yang saya kerjakan. Setiap hari saya bangun tidur, saya muncul dengan ribuan ide. Saya sangat beruntung karena memiliki tim yang hebat, dan Spanyol telah bersikap sangat baik pada saya. Puzzle bag yang saya rancang pun cukup berhasil. It's a fun bag. Senang sekali bisa membuat sesuatu yang sama sekali baru, meski berawal dari ketidaksengajaan.

2.    Bagaimana ceritanya bisa tercipta puzzle bag secara tidak sengaja?
Kami sedang mempelajari sebuah tas lama dari arsip Loewe yang telah berubah menjadi kaku, lalu garis potongannya dituangkan menjadi tas pria pada koleksi pertama saya. Saat sedang mencari ide dalam membuat tas baru untuk wanita, secara kebetulan potongan tas pria tersebut ada di lantai, bersama dengan tali pegangan dan tali panjang. Saat dipasangkan semua, jadilah tas puzzle. Tak menyangka juga tas tersebut kemudian menjadi begitu populer dan sold out.

3.    Sejak Anda bergabung dengan Loewe, apa rencana dan ambisi Anda untuk label ini?
Bagi saya, all or nothing. Bisa dibilang saya cukup control freak dan harus melakukannya semua. Semua yang berhubungan dengan Loewe selalu saya pantau agar label ini kembali bergairah. Bukan hanya desain busana, tetapi dari angka penjualan, lokasi potensial untuk toko baru, desain toko, iklan kampanye, staf sales, sampai desain amplop.

4.    Deskripsi Anda akan wanita Loewe sekarang?
Karena ini adalah musim kedua saya untuk label ini, proses adaptasinya tentu membutuhkan beberapa waktu lagi. Tapi untuk saat ini bagi saya wanita Loewe adalah pribadi yang sangat bebas dalam beropini, saya ingin wanita yang karakternya terus berevolusi, jadi setiap musim tampilannya bisa berganti. Karena memang di setiap musimnya wanita selalu menginginkan sesuatu yang baru.

5.    Anda mengangkat tema 80-an, bukan hanya pada koleksi Loewe tapi juga untuk label eponim Anda. Ada alasan di balik itu?

Era 80-an adalah dekade dimana saya dilahirkan, walau saya tidak pernah merasakannya sendiri. Dan saya merasa tertantang dengan kesan tabu akan periode tersebut. Loewe mengambil pendekatan sci-fi dari era itu, sementara untuk label saya sendiri pendekatannya lebih pada stigma akan selera mode pada periode itu yang dianggap buruk.

6.    Bagaimana Anda mendeskripsikan diri Anda sendiri?
Obsesif, kompulsif, tahu apa yang saya inginkan, dan mudah merasa bosan.

7.    Bagaimana komentar Anda mengenai karya Anda yang disebut edgy?
Saya senang memadukan hal-hal yang tampaknya tidak mungkin bersatu, yang akan membuat orang bertanya-tanya alasan di baliknya. For me, fashion has to be exciting. Saya sangat senang datang ke Asia dimana fashion sangat dihargai, dan menyaksikan kelihaian orang-orang di sini dalam memadupadankan sebuah tampilan. Saya pun belajar sesuatu. Bagi saya itulah yang disebut edgy.

8.    Anda sering menggunakan konsep sharing wardrobe, yang bisa dikenakan oleh kedua gender. Apa busana ideal bagi Anda?
Jeans, kaus putih, kemeja putih, jaket hitam, dan knit wear. Di dalam lemari saya sendiri berisi celana jeans, kaus putih, kaus hitam, kaus kaki putih, kaus kaki hitam, sweter kasmir hitam dan abu-abu dari sebuah high-street brand. Saya suka tampilan yang ringan.

9.    Koleksi Loewe apakah yang Anda miliki?

Tas, banyak jaket kulit, sepatu, banyak knit wear, jersey suit hitam, dan tuksedo.

10.    Apa pesan Anda lewat rancangan Anda untuk Loewe?
Label ini sedang mengalami evolusi dan saya ingin menyampaikan pesan bagi pelanggan lama maupun klien baru bahwa kemewahan tidak berarti blockbuster yang harus meledak dan menjadi populer di mana-mana, tetapi lebih apa adanya. Di musim ini bisa tentang 80-an, dan musim depan tentang organik, tidak perlu ada aturannya.

11.    Apa hal yang tidak mungkin Anda lakukan dalam mendesain?
Dulu saya sangat membenci velvet, dan kini saya membuat sebuah koleksi penuh dengan velvet. Jadi bagi saya, anything is possible. Saya tidak terlalu menyukai bulu (fur), tapi akhirnya saya menggunakannya. Demikian juga dengan korduroi, yang kemudian banyak saya gunakan dalam sebuah koleksi. Pada akhirnya saya justru banyak menggunakan material yang justru saya benci, haha..

12.    Selain dari arsip Loewe sendiri, bagaimana Anda menambahkan unsur-unsur baru? Apakah Anda juga melakukan riset?
Saya mempunyai 1 orang periset dalam tim di J.W. Anderson dan 1 orang di tim Loewe yang menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk riset. Saat berada di Hong Kong ini, kami akan pergi ke toko antik, flea market, dan semuanya. Biasanya saya akan menghabiskan terlalu banyak uang untuk majalah, buku, keramik, atau apa saja, yang nantinya akan saya tunjukkan pada tim desain saya.

13.    Bagaimana kisah di balik kolaborasi dengan John Allen?

Saya bertemu dengannya di toko antik dalam sebuah galeri, ketika itu saya sedang membeli furnitur untuk salah satu toko Loewe. Saya kebetulan melihat karpet karyanya, dan bertanya apakah ia ingin bekerja sama. Awalnya saya ingin berkolaborasi dengannya bukan untuk membuat tas, melainkan handuk pantai karena saya ingin pergi berlibur.

14.    Barang apa yang terakhir Anda beli?

Di Jepang saya membeli pohon bonsai.

15.    Musik yang Anda suka?

Dari Chopin, Philip Glass, Rihanna, Mariah Carey, dan soundtrack Donnie Darko.

16.    Guilty pleasure bagi Anda?
Buku, saya punya masalah dengan membeli terlalu banyak buku. Saat mood sedang turun, saya akan ke toko buku. Saya bahkan membaca novel picisan. Dan sebagai orang Irlandia, saya juga suka membaca literatur Irlandia.

(NV) Foto: Dok. Loewe

 

Author

DEWI INDONESIA