Kain Paling Berkesan, Favorit dan yang Diincar Sutradara Nia Dinata
Sutradara Nia Dinata berbagi cerita tentang kain indonesia miliknya.
17 Aug 2015


Pergi ke Acara Seni Mengenakan batik, tentu sudah biasa, jadi saya memilih kain suku Baduy dengan warna yang mencolok ini. Saya berikan tali dan karet untuk memudahkan pemakaian. Lalu saya tambahkan ikat pingang dan aksesori yang sesuai untuk mempercantiknya.?
1 / 8
Selalu ada sepenggal memori dari kisah kain-kain yang dikoleksi sutradara Nia Dinata. Ya, rupanya perempuan yang terjun di dunia film ini telah bersentuhan dengan helai-helai kain Indonesia sejak 20 tahun lalu, kala ia telah menikah. “Pada saat itu saya berpikir bahwa perempuan yang sudah menikah harus memiliki kain,” ujarnya. Dan baru setelah menikah itu pula, Nia menyadari bahwa kain tradisional turun temurun dari keluarganya amatlah banyak. Nia Dinata begitu kaget ketika mendapati peti penyimpanan kain milik neneknya ternyata, tersimpan beragam kain-kain cantik. Dan bukan hanya kain-kain warisan saja, rupanya perjalanan syuting dokumenter Batik Our Love Story karya Nia Dinata yang tayang pada 2011, juga punya andil dalam menambah koleksi-koleksi baru kain Indonesia yang tersimpan apik di lemari antik miliknya.

Kain dan Memori
“Kain indonesia itu lebih mengingatkan saya kepada nenek buyut. Kebetulan saya kenal. Ketika di bangku sekolah dasar, saya masih sering main dengan nenek buyut saya yang sering memakai  kain. Serupa dengan nenek dan ibu saya juga, meski mereka hanya mengenakan kain di momen tertentu saja. Bahkan hingga saat ini saya masih ingat betul aroma peti penyimpanan kain ibu saya. Saat ini, ada kain warisan yang sudah diberi selotip karena robeknya sudah terlalu besar dan tidak mungki bisa dipakai. Untuk kain tua biasanya saya kasih tulisan asalnya dari mana, dulu dipakai nenek siapa. Seperti pengingat kalau kain itu sudah hidup sebelum saya.”

Kain Favorit
“Saya ingat sekali kala itu saya paling jauh mencari kain sampai ke Madura untuk mencari kain gentongan. Kain gentongan sangat susah mencarinya. Pembuatannya berbulan-bulan dimasukkan ke dalam gentong untuk pewarnaannya. Pun kalau pesan belum tentu jadi, bisa saja gagal. Saya sampai penasaran banget karena pembuatannya pun sangat sacral sekali. Maka dari itu ketika syuting saya sangat ingin melihat ibu-ibu tua yang sedang membuat kain gentongan. Maksa sampai bisa. Dan itulah pengalaman paling berkesan, bertemu pembatik gentongan yang usianya sudah sangat tua. “

Kain Yang Diincar
“Saya jarang tertarik dengan kain yang baru saja ditenun. Saya lebih suka kain-kain yang sudah dipakai oleh penenun dan penduduk, bahkan yang tergantung di rumah mereka. Kalau kain yang saat ini saya tunggu adalah tapis Lampung yang ditempeli dengan kerang. Saya sudah memesannya sejak Februari 2015 lalu dan sampai saat ini belum selesai.”

 

Author

DEWI INDONESIA