Kisah Hannah Al Rashid dalam Mengenal Dunia Pencak Silat
Sebagai seorang aktris Hannah Al Rashid ternyata telah lama mengenal dunia pencak silat melalui sang ayah.
20 Jun 2017


1 / 3
Perkenalan Hannah Al Rashid terhadap pencak silat sudah terjadi sejak ia masih balita. Sang ayah, Aidinal Al Rashid, merupakan seorang pendekar Pencak Silat Bugis – Makassar, yang kemudian pindah ke Inggris pada 1970-an. Di sana, beliau tetap dengan setia menjaga adat dan budaya Indonesia, lalu mendirikan federasi silat di Inggris. Hannah kecil bersama dengan sang kakak kemudian mulai berlatih silat. Keseriusan akan silat baru dimulai ketika menginjak usia remaja, namun dengan cerita lucu dibaliknya.
 
Hannah remaja berkeinginan kembali ke Indonesia, tepatnya untuk menghadiri pernikahan kerabatnya di Makassar. Namun, sang ayah tak serta merta memberinya izin. Ada syarat yang harus dipatuhi Hannah untuk mendapat tiket ke Makassar, yaitu Hannah harus mau masuk tim pencak silat dan ikut kejuaraan terlebih dahulu. Oleh karena Hannah sangat ingin datang ke pernikahan tersebut, maka ia masuk tim dan berlatih keras. Meski kalah di kejuaraan, namun sang ayah memberikan persetujuan untuk Hannah pulang ke Indonesia dan dari peristiwa tersebut, Hannah mulai menemukan passion-nya.
 
Pencak silat bagi Hannah adalah penghubungnya dengan budaya Indonesia, apalagi ia dulu besar di Inggris. Berkat silat, Hannah jadi merasa dekat dengan Indonesia. Melihat sang ayah berlaga ternyata sangat membekas pada dirinya. Bahkan ia berusaha mempraktikkan gerakan yang dilakukan sang ayah dan semakin dewasa, Hannah yakin bahwa pencak silat adalah cinta sejatinya.
 
Berbagai kejuaraan silat juga pernah ditekuninya hingga tahun 2007. Bahkan di tahun 2006, Hannah berhasil menyabet gelar juara pada kejuaraan silat di Singapura, setelah sebelumnya kalah dua tahun berturut-turut untuk kejuaraan yang sama. Sementara di tahun 2007, Hannah mengalami cedera parah akibat kejuaraan di Filipina yang kemudian membuatnya sulit berjalan selama dua minggu. Meski kini tak lagi seaktif dulu, ia tak melupakan rutinitas olahraga di kesehariannya. Tak sekadar mengikuti olahraga yang tengah digandrungi, Hannah memiliki cara unik untuk tetap berolahraga memasukkan unsur silat. Ia mengakui bahwa tak merasa cocok dengan olahraga seperti muay thai, maka Hannah mencoba tahap olahraganya sendiri. Setiap harinya, Hannah meluangkan waktu 30-60 menit untuk olah tubuh, menggabungkan unsur fitness, muay thai, dan tak lupa pencak silat. Latihan dibuka dengan sesi jogging, stretching, kemudian menggabungkan gerakan menendang, meninju, serta kombinasi keduanya.
 
Pencak silat sebagai salah satu cabang dari martial art dunia mengajarkan banyak hal bagi Hannah. Selain menemukan kebugaran dan memperkuat otot tubuhnya, ada makna yang tersimpan lebih dalam. Dari pencak silat, Hannah belajar mengenai egaliter antara laki-laki dan perempuan, solidaritas, bertarung tanpa menyerah, disiplin, dan percaya diri. Lebih jauh lagi, melalui pencak silat, Hannah belajar mengenai pelestarian budaya. Saat berdiri di sasana dengan membawa nama Indonesia, Hannah merasa seperti wanita Bugis seutuhnya, yang bertarung tanpa menyerah.
 
Jika ingin memulai berlatih pencak silat, pastikan Anda tidak merasa risih jika harus bertarung dengan laki-laki. Memang pada saat perlombaan akan bertanding dengan perempuan, namun saat latihan, biasanya akan dipasangkan dengan laki-laki, agar mengetahui segala bentuk dan cara bertarung, dengan berbagai karakter dan bobot orang. Pencak silat tidak membedakan antar gender, namun secara gerakan, pencak silat sangat fleksibel dan bervariasi. Sehingga dibandingkan martial art lainnya, pencak silat merupakan a whole body work out. Tempat latihan yang menjadi rekomendasi untuk belajar pencak silat adalah Padepokan Pencak Silat di Taman Mini Indonesia Indah. Di  sana-lah timnas Indonesia melakukan latihan dan melalui karantina, termasuk Hannah. Fasilitas yang lengkap dan banyaknya relasi dengan padepokan silat di penjuru tanah air, membuat tempat latihan ini menjadi lokasi favorit, baik dalam dan luar negeri untuk belajar awal mula mengenai pencak silat. (MEL, TA) Foto: dok. dewi, dok. Hannah Al Rashid

 

Author

DEWI INDONESIA