Sejarawan yang Kritis dan Gemar Menjamu, Onghokham
Sejarawan dan penulis politik modern Indonesia yang juga dikenal sebagai dosen yang galak.
20 Jan 2017


Ada masa yang paling berat dalam hidupnya dan membuatnya nyaris gila, yaitu ketika ia menjadi saksi dari begitu mudahnya manusia kehilangan nyawa akibat kekacauan politik pada 1965. Menurut kisah seorang sahabatnya, di masa itu ia pernah hanya berjalan kaki tanpa tujuan di jalanan kota akibat rasa sedih dan terpukul. Kelak ia menjadi sejarawan Indonesia yang dianggap salah satu ahli mengenai sejarah Indonesia masa kolonial. Pengetahuannya terutama meliputi babak-babak bersejarah di Jawa abad ke-19. Meskipun ia kemudian menulis juga tentang sejarah dan politik Indonesia modern.
Onghokham lahir pada 1 Mei 1933 dalam sebuah keluarga Cina berada dan terbiasa menggunakan tiga bahasa di rumah: Cina, Jawa dan Belanda. Seleranya yang tinggi terhadap seni, terutama lukisan, dan makanan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga ini.
Ia meraih gelar doktor untuk bidang sejarah dari Yale University di Amerika Serikat, melalui disertasinya yang berjudul The Residency of Madiun: Priyayi and Peasant in the Nineteenth Century. Secara teratur ia menulis artikel untuk majalah Tempo. Pak Ong, demikian ia biasa disapa, mengajar sejarah di Universitas Indonesia dan terkenal sebagai dosen yang galak tapi senang menjamu para mahasiswanya untuk makan enak yang disiapkannya sendiri.  Buku-buku kumpulan esai dan artikelnya antara lain, Wahyu yang Hilang, Negeri yang Guncang, Runtuhnya Hindia Belanda, Negara dan Rakyat, dan Dari Soal Priayi sampai Nyi Blorong—Refleksi Historis Nusantara. Pada 2001 ia terserang stroke, tapi tidak melemahkan semangatnya. Sang sejarawan meninggal dunia di rumahnya di Jakarta akibat kanker di usia 74 tahun. (LC) Foto: Dok. Gramedia
 

 

Author

DEWI INDONESIA