Sosok Sakdiyah Ma’ruf dan Optimismenya dalam Humor
Melalui lelucon, ia memperjuangkan hak perempuan, menentang kekerasan dan melawan ekstremisme demi merayakan nilai-nilai kemanusiaan dan keragaman.
17 Jul 2017




Di tengah geliat dunia komedi di Indonesia, Sakdiyah Ma’ruf, muncul membawa angin segar. Sakdiyah menjadi satu dari sedikit stand-up comedian perempuan di Indonesia. Yang bikin ia istimewa, ketika melawak Sakdiyah mengarahkan leluconnya berupa kritik terhadap kelompok ekstremis. Lelucon yang berasal dari kemarahan dan ketakutan terhadap kekerasan dan budaya patriarki yang melekat dalam hidupnya sejak ia kecil.
Sakdiyah mendapat sorotan dunia internasional ketika ia membawakan stand-up comedy di Ubud, Bali dengan tajuk “The Bravest Coward”. Mengisahkan bertumbuhnya golongan konservatif di Indonesia dan pengakuan bahwa dirinya sebetulnya bukan pemberani. Usahanya melawan ekstremisme dan menolak kekerasan membuat Sakdiyah menerima penghargaan Václav Havel Prize for Creative Dissent dalam acara Oslo Freedom Forum pada 2015. Meski demikian, tidak sedikit hujatan yang diterima, karena ia dianggap menyerang agamanya sendiri dan menghina kelompok tertentu.
Berasal dari lingkungan konservatif Islam Sakdiyah lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 34 tahun silam, sebagai anak keturunan Arab. Kekerasan fisik dan aturan-aturan ketat dari ayah menekan Sakdiyah sepanjang masa kecilnya, memicu kemarahan dan rasa takut yang tak terhindarkan, Sakdiyah kerap membaca karya-karya tulisan perempuan Afrika Amerika yang kerap meneriakkan kemarahan. Sampai saat ini, Sakdiyah selalu menyukai karya-karya yang bersuara tentang kemarahan. 
Sakdiyah aktif di organisasi mahasiwa Islam moderat di kampus. Ikut kegiatan pers kampus dan terlibat di berbagai macam demonstrasi mahasiswa. Tahun 2009, Sakdiyah menemukan dvd Robin William’s Live on Broadway dan menontonnya beberapa kali. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menyuarakan kemarahan dan melawan ekstremisme melalui komedi. Di tahun itu pula, Sakdiyah untuk pertama kalinya melawak dengan stand-up comedy di acara kampus. Lalu menemukan akun twitter Pandji Pragiwaksono, stand-up comedian Indonesia, dan mengikuti audisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV.   
Ketika menyusun materi komedi, Sakdiyah menyasar kalimat-kalimatnya terhadap perilaku fanatik dan ekstremisme yang belakangan marak terlihat di Indonesia. Namun ia mengakui bahwa perjuangan sesungguhnya adalah untuk perempuan. Ada ketakutan luar biasa yang Sakdiyah rasakan jika Indonesia menjadi negara yang memelihara ekstremisme
Sakdiyah tetap dan selalu meyakini bahwa Islam adalah jalan keselamatan dan kebenaran. Kekerasan yang dilakukan ayahnya di masa silam pun tidak menggelapkan harapan Sakdiyah di masa depan. (RR) Foto: Denny Herliyanso.
 

 

Author

DEWI INDONESIA