Kenali Keberagaman Kain Tenunan Di Pulau Flores
Simak keberagaman kain tenunan yang memiliki kekayaan tradisinya di Pulau Flores.
28 Nov 2015



Perbedaan faktor etnis, kultural, dan historis menyebabkan setiap daerah memiliki kekayaan tradisinya masing-masing. Seperti dapat dilihat pada tenunan di pulau Flores yang sangat berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Ada lima etnis besar yaitu Manggarai, Ngada, Ende-Lio, Sikka, dan Flores Timur.
            Kegiatan menenun di Manggarai paling banyak ditemukan di daerah Lambaleda dan sekitarnya, yang menghasilkan tenunan lipa songke, berupa sarung lungsi tambahan yang bisa dipakai oleh pria maupun wanita. Sedang di Ngada, terkenal akan tenunannya yang dihias dengan ikat lungsi berupa motif kuda atau gajah. Etnis Ende dan Lio sendiri dikenal karena tenunan ikat lungsi yang mengikuti aturan ketat dalam pembuatan sarung maupun selendangnya. Untuk suku Sikka, kain tenun adati dipakai untuk alat silahturahmi antar keluarga. Terutama sarung perempuan berwarna merah yang dipakai sebagai mas kawin. Pengaturan motif dan struktur desain dapat mensosialisasikan identitas dan status dalam masyarakat, dan biasanya terikat oleh peraturan yang rumit. Flores Timur merupakan suku terakhir sekaligus yang paling dikenal akan mutu tenunannya. Sarung adati biasanya memiliki ragam hias patola dan dipakai dalam pertukaran mas kawin. (RW) Foto: Wikimedia
 

 

Author

DEWI INDONESIA