
Setelah dua belas tahun merajut jejaring dalam lanskap seni rupa, pada 4 Desember 2025 ISA Art meresmikan sebuah ruang baru bernama Node by ISA Art and Design. Lebih dari sekadar nama, Node dihadirkan sebagai metafora titik temu; sebuah simpul yang mempertemukan manusia, gagasan, lintas disiplin, dan kepekaan, dalam dialog yang hidup dan berkelanjutan.
Deborah Iskandar, pendiri ISA Art, menyambut para tamu dengan kehangatan yang terasa personal. Dalam perbincangan singkatnya, ia menoleh ke belakang, pada dua belas tahun perjalanan yang ia rintis ketika profesi konsultan seni masih nyaris asing di Indonesia. Kini, ia membuka pintu rumahnya dan mentransformasikannya menjadi ruang seni; menghadirkan Node sebagai tempat singgah yang intim dan inklusif, khususnya bagi generasi muda yang mulai menapaki dunia koleksi, untuk datang, belajar, dan menumbuhkan kepekaan terhadap seni.
“Saya ingin terus menginspirasi, memotivasi orang tetang seni di ruang publik. Bagaimana agar kita bisa hidup berdampingan dengan seni.” ujar Deborah saat malam pembukaan.
Dentingan yang Menghadirkan Tenang

Salah satu momen yang menggugah dan penuh makna hadir dari pertunjukkan Arahmaiani yang diiringi Gamelatron. Suasana perayaan seketika berubah. Denting tingsha, bel dengan ukiran kuno asal Tibet, berpadu dengan alunan gamelan elektronik. Irama kontemporer ini terasa seperti ajakan lembut untuk berhenti sejenak dan menemukan ketenangan.
Arahmaiani, yang dikenal vokal terhadap isu budaya dan sosial, tidak tampil sendiri. Penampilan ini turut diiringi oleh para penampil muda lainnya, menjadi gestur tentang kolaborasi antar generasi, khususnya dalam menyampaikan pesan tentang seni dan budaya.
Lewat tingsha yang hadir di pertunjukkan ini, Arahmaiani seolah menorehkan pesan: ukiran pada bel itu mirip dengan motif peninggalan Kerajaan Majapahit, sebuah renungan tentang akar budaya bangsa yang tetap lestari di negeri lain. Di akhir penampilan, ia menuliskan hal yang sangat penting dalam hidupnya: hati. Agenda ini juga dimeriahkan dengan ajakan untuk para pengunjung untuk turut serta menuliskan hal-hal penting dalam hidup mereka.
Gelaran Seni In the First Tender Place

Rangkaian acara ini ikut dibingkai oleh pameran bertajuk “In the First Tender Place”. Judul ini menyiratkan kelembutan dan kesiapan untuk tumbuh. Dinding-dinding Node dipenuhi oleh karya yang merepresentasikan spektrum luas dari seniman ISA Art Gallery.
Karya-karya yang dipajang adalah visualisasi dari jalinan kreativitas yang siap dikembangkan, mulai dari figur grotesk namun ceria karya Ardi Gunawan, hingga karya Ida Lawrence yang menorehkan kisah dari dua benua. Melalui pameran ini para pengunjung dapat menyaksikan pertumbuhan para seniman ISA Art Gallery lewat karya-karya yang disajikan.
***
Malam perayaan ini diakhiri penampilan dari Trio Berdua. Petikan gitar yag menyenangkan dan lantunan suara yang ceria. Alunan musik mereka secara perlahan mengikis jarak, menguatkan visi Node: bukan sekadar galeri, tetapi rumah, tempat berjumpanya gagasan dan hati dalam keintiman yang sesungguhnya.
Node by ISA Art and Design telah lahir kembali, dan ia hadir bukan sebagai ruang pameran, tetapi sebagai jalinan budaya yang siap memandu Anda untuk lebih dekat dengan seni.
Teks dan foto: Nadia Indah
Editor: Mardyana Ulva