
Semburat jingga di horizon menjadi latar yang indah ketika kaki saya menapaki tangga Candi Borobudur pagi itu. Tak pernah terbayang, suatu hari saya akan berdiri di antara dua presiden, Prabowo Subianto dan Emmanuel Macron, dikelilingi biksu dari berbagai negara Asia yang melantunkan doa untuk perdamaian dunia. Udara pagi yang sejuk serta lanskap Borobur yang megah, menciptakan atmosfer magis yang seolah mengukir momen ini dalam ingatan kolektif kita semua.
Saat berjabat tangan dengan Presiden Macron, saya bercerita tentang perjalanan saya sebagai aktris yang selalu mendapat dukungan dari Prancis. "Dari pertunjukan Setan Jawa di Musée du Quai Branly tahun 2023 hingga hari ini, saya belajar bahwa hidup di antara dua budaya bukan tentang memilih, tapi tentang merangkul keduanya."
Pengalaman ini mengajarkan saya arti dialog budaya, bagaimana kita bisa mengapresiasi keindahan dalam berbagai dimensi, dan bagaimana budaya bisa menjadi bahasa universal yang menyatukan.


Momen bersejarah ini tak akan terwujud tanpa kerja keras banyak pihak. Dari Duta Besar Prancis Fabien Penone, Jules Irrmann dari Institut Français, Charlotte Esnou dari Atase Kebudayaan, hingga Kementerian Kebudayaan RI. Hubungan 75 tahun Indonesia-Prancis kini memasuki babak baru dengan terpilihnya sembilan penggiat budaya sebagai duta bilateral:
1. Shafiq Husein (Presiden Asosiasi Games Indonesia)
2. Raphael Wregas Bhanuteja (Sutradara Film)
3. Asmara Abigail (Aktris)
4. Thresia Mareta (Pendiri Lakon Indonesia)
5. Harry Halim (Perancang Mode)
6-7. Suriawati Qiu & Jindee Chua (Pemilik CushCush Gallery)
8. Renatta Moeloek (Juru Masak)
9. Jun Tirtadji (Pemilik ROH Gallery)
Sepuluh tahun setelah debut saya di Paris, ketika saya hadir untuk pertunjukan Setan Jawa selama tiga hari di Musée du Quai Branly, saya tersadar: sebagai aktris Indonesia, saya tak pernah berhenti menari. Menari dengan tubuh, dengan mimpi, dan dengan sinema. Dukungan yang saya terima tidak hanya datang dari tanah air, tapi juga dari Prancis yang menjadi pilar penting dalam pertukaran energi kreatif saya.
Kami bangga menjadi bagian dari gelombang baru pertukaran budaya. Seperti kata Paul Éluard, "Nos yeux se renvoient la lumière" (Mata kita saling memantulkan cahaya). Hari ini di Borobudur, cahaya itu bersinar lebih terang dari sebelumnya, menerangi jalan untuk kolaborasi yang lebih dalam antara dua bangsa yang kami cintai.
Ditulis berdasarkan narasi dari Asmara Abigail
Editor: Mardyana Ulva
Foto: Dani Huda