Mengapa Sulit Mengajak Orangtua untuk #Dirumahaja ?
Mempertahankan ritual adalah mekanisme pertahanan diri para warga senior. Lalu apa yang terjadi saat ritual itu terusik oleh anjuran berdiam diri di rumah?
31 Mar 2020



“Papa mau pergi dulu, mau pangkas rambut,” begitu perkataan orangtua saya pagi tadi. Padahal terkait penyebaran Covid-19, untuk menekan angka penularan penyakit, kita semua dianjurkan untuk berdiam diri di rumah. Bahkan telah ada juga ada anjuran untuk menunda pergi ke dokter jika kondisinya tidak darurat. Tentunya ketika dilarang pergi, ayah saya lantas ngambek seolah-olah anaknya memenjara dirinya dengan sengaja. 

Melalui media sosial, banyak orang yang berbagi cerita kegiatan sehari-hari mereka ketika bekerja di rumah. Tak sedikit yang berkeluh kesah, merasa bosan, mati gaya, dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan pun dilakukan, menonton serial di Netflix (satu musim dalam satu hari), melanjutkan challenge di Instagram, membaca buku-buku yang tertampang rapi di rak buku karena belum ada waktu luang untuk membacanya, tapi kini sampai bisa menulis ulasannya. 

Mencari kegiatan pengganti dari waktu nongkrong-nongkrong bersama teman memang mudah dilakukan untuk para anak muda dan yang akrab dengan teknologi. Semua tergantung seberapa kreatif Anda mencari kegiatan lain yang membuat Anda lupa bahwa hal yang terbaik yang dapat Anda lakukan saat ini adalah di rumah saja. Dari hanya melihat Instagram live orang-orang terkenal sampai punya ide untuk membuat konten video sendiri untuk menghibur diri dan sekitar. Menjadi coach potato dan menikmati hiburan pun bisa Anda lakukan. Namun tak demikian untuk para orangtua atau kakek dan nenek. 

“Semakin senior usianya, semakin memiliki keterikatan pola perilaku yang sudah ada,” psikolog Ratih Ibrahim menjelaskan. Hal-hal yang menurut kita bisa dihentikan secara tiba-tiba tanpa persoalan seperti berhenti pergi ke rumah ibadah selama satu bulan, akan sangat sulit dilakukan para warga senior. Kebiasaan mereka sudah menjadi perilaku yang menjadi ritual, begitu ungkap Ratih, apalagi yang berkaitan dengan ritual beragama. Karena itu tak sedikit orangtua yang ngeyel ketika diminta anak-anak mereka untuk tidak pergi menikmati makan siang di resto favorit setiap hari Minggu atau beribadah di rumah saja.

Lebih lanjut Ratih mengungkapkan, warga senior banyak mengulang hal yang sama terus menerus. Menjalankan ritual adalah mekanisme pertahanan diri untuk memelihara apa yang mereka punya karena tenaga dan memori akan semakin terbatas seiring dengan bertambahnya usia. “Adjusting dengan hal-hal baru itu tidak enak (untuk para warga senior) karena melelahkan. Menimbulkan kegamangan,” ujarnya. 

Yang selanjutnya terjadi jika ritual-ritual yang telah mereka kenal baik tersebut dihentikan adalah munculnya gangguan psikologis seperti rasa cemas. Jadi wajar saja jika orangtua Anda di rumah berubah, lebih cepat marah atau lebih dramatis mengungkap kesedihan. Solusinya adalah terus mengingatkan mereka bahwa berdiam diri di rumah adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan saat ini untuk menekan angka penyebaran virus Corona. Anda juga dapat terus mengingatkan bahwa ini sifatnya sementara. Dan tentunya, terus bersabar. (NTF) Foto: Pexels  

 

Author

DEWI INDONESIA