Halodoc dan OBG Luncurkan COVID-19 Response Report
Peran telemedisin dalam menjawab kebutuhan layanan kesehatan masyarakat di Indonesia saat pandemi masih berlangsung.
24 Sep 2020




Bekerja sama dengan Halodoc , perusahaan riset dan konsultasi global Oxford Business Group (OBG) baru saja meluncurkan sebuah laporan berjudul COVID-19 Response Report (CRR) yang mengkaji lebih lanjut penanganan pandemi di Indonesia.
 
Lebih jauh, laporan ini menganalisa bagaimana layanan digital dan temedisin dapat menjadi jawaban untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, khususnya saat pandemi berlangsung. Selain itu, OBG juga memprediksi implikasi jangka panjang pertumbuhan sektor telemedisin akibat pandemi COVID-19 yang tengah melanda dunia.
 
Pada tahun 2015, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia hanya memiliki 2,7 dokter dan 12 tempat tidur di rumah sakit untuk setiap 10.000 populasi.  Ditambah
dengan penyebaran dokter spesialis yang terkonsentrasi di pulau Jawa dan Bali, di mana jumlahnya sangat timpang dengan provinsi-provinsi lain.
 
Kondisi ini tentunya tidak ideal sehingga perlu ada solusi baru bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses layanan kesehatan yang merata. Berkaca pada kondisi tersebut, Halodoc lahir di awal tahun 2016 untuk memberikan akses layanan kesehatan yang merata melalui pemanfaatan teknologi.
 
“Hal ini lah yang melandasi Halodoc untuk senantiasa berupaya menjadi #TemanHidupSehat bagi masyarakat dengan menyederhanakan akses layanan kesehatan melalui pemanfaatan teknologi. Melalui layanan Chat dengan Dokter, masyarakat Indonesia tetap dapat terhubung dengan dokter dimana saja dan kapan saja,” pungkas Jonathan Sudharta, Co-founder dan CEO Halodoc.
 
Misi untuk menjembatani disparitas infrastruktur kesehatan di tanah air ini semakin diuji dengan merebaknya pandemi COVID-19 di Maret 2020. Para tenaga medis maupun fasilitas kesehatan di
Indonesia merasakan tekanan yang luar biasa, di mana jumlah okupansi tempat tidur rumah sakit diberbagai daerah terus meningkat.
 
Dan kehadiran telemedisin diharapkan dapat menjadi solusi untuk membantu pemerintah Indonesia dalam mitigasi pandemi melalui layanan konsultasi jarak jauh yang mendukung pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
 
Berlandaskan hal ini, pada 29 April 2020 lalu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan No. HK.02.01/MENKES/303/2020 yang mengizinkan dokter untuk memberikan konsultasi dan resep melalui telekonsultasi.
 
Tidak berhenti sampai di sana, sektor telemedisin juga terbukti cukup lincah dalam mendorong penerapan inisiatif-inisiatif yang dibutuhkan selama pandemi, termasuk dalam penyelenggaraan tes COVID-19 sebagai upaya pengawasan dan deteksi dini penanganan COVID-19.
 
Walaupun saat ini Indonesia masih berupaya menanggulangi pandemi COVID-19, data dari CRR menunjukkan optimisme terhadap pemulihan ekonomi. Indonesia disebut dapat menerima tekanan lebih baik dibanding negara-negara ASEAN-5 dengan proyeksi Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (CAGR) pada 2021 berada di lebih dari 2%.
 
Dari sisi ekonomi digital, Indonesia juga disebut sebagai negara dengan potensi yang tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, terlihat dari jumlah total penerimaan pendanaan dan Gross Merchandise Volume (GMV). Khusus di sector kesehatan, perubahan perilaku konsumen saat pandemi juga menyebabkan lebih banyak pihak yang beradaptasi dan mencoba layanan telemedisin. Hal ini tentu saja semakin mendorong pengembangan sektor teknologi digital di tanah air.
 
Dalam laporan ini, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Terawan Agus Putranto memaparkan bahwa telemidisin merupakan elemen penting untuk memberikan akses layanan kesehatan yang merata bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat di daerah terpencil.
 
“Saat ini, Indonesia telah membuat protokol yang diperlukan untuk mendukung keamanan dan kerahasiaan data pasien namun tetap memberikan ruang bagi inovasi di bidang kesehatan melalui regulatory sandbox,” terangnya. (Orie Buchori)
 
 

 

 

Author

DEWI INDONESIA