Wabah COVID-19: Cerita Cinta di Ambang Pandemi
Bursa saham ambruk, harga minyak jatuh, haruskah kisah cinta juga terganggu karena wabah COVID-19?
11 Mar 2020




Dampak wabah COVID-19 terasa di berbagai lini kehidupan. Dari persoalan kehidupan sehari-hari hingga urusan-urusan makro. Bursa saham ambruk, harga minyak jatuh, orang-orang mempraktikkan salam namaste untuk menghindari kontak fisik, hingga pesan dari Tinder yang mengingatkan para penggunanya tetap menjaga kebersihan personal kala berjumpa dengan kencan mereka.

Melihat hal itu, editor saya memberikan sebuah misi: menulis dampak wabah COVID-19 terhadap dinamika kehidupan kencan dan percintaan orang-orang. Hal yang susah-susah gampang, jujur saja. For one thing, saya berada dalam hubungan jarak jauh (so, no physical contact to worry about obviously) dan saya pun bukan termasuk orang yang berselancar di aplikasi-aplikasi pencari teman kencan.

Untuk itu saya membawa pertanyaan itu ke Instagram. Saya bertanya kepada orang-orang bagaimana COVID-19 mempengaruhi dinamika kencan dan percintaan mereka? Ceritanya beragam, kebanyakan membagikannya secara anonimus. Salah satu sahabat saya misalnya menceritakan bagaimana saat suaminya terkena flu selama satu bulan mereka bersepakat untuk tidak berciuman. Bahkan tidak saat mereka bercinta.

Senada dengan itu, seorang perempuan muda lain menceritakan bagaimana ia takut berciuman karena kekasihnya batuk-batuk selama empat hari. “Kita akhirnya ke dokter bareng karena gue juga sempat enggak enak badan. Dan dia juga sampai sesak dan diare,” katanya.

Untunglah keduanya dinyatakan baik-baik saja oleh dokter. Tapi itu tak lantas membuat si perempuan santai. “Gue jadi bawel banget. Beli tisu basah, semprotan antiseptik juga. Nyuruh cuci tangan tiap dari kantor, gue suruh kurangin ngerokok, minum madu,” katanya. Di tengah percakapan saya tanya Apakah madu bisa mencegah COVID-19. “Kalo gue sih percaya madu obat dari segala obat hahaha. At least bikin jauh dari penyakit aja sih insyaAllah,” jawabnya. Sungguh tipikal orang Indonesia.

Aturan no kiss ini rupanya berlaku pula bagi beberapa orang yang lain. Terutama mereka yang aktif berkencan. Seorang rekan yang lain mengaku wabah COVID-19 membuatnya lebih berhati-hati kala berselancar di aplikasi pencari teman kencan. “I’m afraid of kissing,” katanya via Instagram. Ia pun berusaha mengurangi frekuensi meet-up dengan teman-teman kencan potensialnya.

COVID-19 juga membuat kaum yang satu ini lebih teliti dan interogatif saat hendak bertemu dengan orang di klub atau teman kecan potensial dari aplikasi. Pertanyaan-pertanyaan macam “habis travelling enggak?”, “lagi enggak enak badan enggak?”, “suka olahraga enggak?”, “lo pilek enggak?” menjadi standar baru. Meskipun tak bisa dimungkiri COVID-19 juga menjadi salah satu topik pembicaraan baru dengan calon-calon pasangan mereka.

Adapun bagi beberapa yang lain, COVID-19 menggagalkan rencana pertemuan dan liburan mereka. Monica Idayanti misalnya yang batal berlibur bersama kekasih ke Kuala Lumpur karena Wabah COVID-19 yang kian meluas. “Padahal sudah booked flight, hotel, SIM card, dan lain-lain,” ujarnya. Sementara bagi yang lain COVID-19 bisa jadi akan menggagalkan perjumpaan mereka yang berada dalam hubungan jarak jauh. “Awalnya udah rencana ketemuan April, tapi jadi enggak yakin karena [ketatnya] aturan bandara,” katanya.

Well, love will always find its way, katanya. Tapi apa boleh buat, meskipun kasus COVID-19 di Indonesia belum banyak yang dinyatakan secara resmi. Toh berita tentang wabahnya tetap mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan kita sehari-hari. Tak luput urusan kencan dan percintaan. (SIR). Foto: Dok. Istimewa.




 

 


Topic

Health

Author

DEWI INDONESIA