Cahaya Puitis Edisi Terbatas Baccarat "Printemps Bleu Zenith"
Kristal bening Baccarat bertemu dengan porselen indah, menyatukan dua material elok dalam harmoni yang paripurna
30 May 2025



Kristal bening Baccarat bertemu dengan porselen indah, menyatukan dua material elok dalam harmoni yang paripurna: “Printemps Bleu Zenith”. Lampu gantung ini adalah karya kolaborasi Baccarat dan desainer asal Hong Kong, Steve Leung, yang melampaui sekadar dekorasi. Menandai 60 tahun hubungan diplomatik Sino-Prancis, edisi terbatas ini hanya ada 60 buah di seluruh dunia, dengan tujuh lampu gantung ini yang tersedia di Indonesia.
 
Seperti apa rasanya memiliki sepotong sejarah yang menyatukan keahlian perajin porselen Tiongkok abad ke-18 dengan maestro kristal Prancis sejak 1764?
 

Puisi dalam Wujud Cahaya


Terinspirasi dari motif arsip Baccarat abad ke-19 dan keramik biru-putih Qinghua Ci, chandelier ini adalah ode untuk musim semi yang abadi. Warna kobalt yang dalam dihiasi motif burung layang-layang (lambang keabadian dalam budaya Tionghoa), kupu-kupu, dan bunga yang seolah hidup di antara kristal. Setiap detil bercerita tentang dialog diam-diam antara kemewahan Versailles dan ketenangan taman kekaisaran Dinasti Qing.

Shinta Lauw, pemilik Elite Grahacipta yang membawa Baccarat ke Indonesia, menyoroti bagaimana setiap detail desain pada lampu gantung ini merupakan perpaduan inspirasi dari arsip Baccarat yang kaya. "Semua desain pada porselennya, sembilan burung walet di kap lampu, lukisan rumit, dan desain pada struktur di tengahnya, semuanya sebenarnya terinspirasi dari arsip Baccarat," jelas Shinta. Ia juga menambahkan bahwa perancang ingin menyatukan filosofi Timur dan Barat dalam satu karya. "Steve Leung, desainer lampu gantung edisi terbatas ini, juga ingin menyatukan filosofi Timur dan Barat. Jadi, dia menggunakan detail-detail ini hadir sebagai kolaborasi antara Timur dan Barat."
 

Bahasa Seni yang Tak Terucap

Bagi perempuan yang memahami bahwa kemewahan sejati berbicara dalam bisikan, Printemps Bleu Zenith adalah sonata visual yang sempurna. Setiap elemennya menyimpan cerita kerajinan tangan yang tak terburu-buru.
 
Kristal Baccarat dipotong dengan presisi 16 facet memantulkan cahaya seperti air di musim semi. Porselinnya halus dengan motif tangan yang membutuhkan 30 tahap pembakaran. Garis-garis lukisnya  mengalir seperti syair yang ditulis oleh angin.
 
Berdiri di bawahnya, Anda bisa merasakan getarannya… seperti membaca puisi Li Bai sambil menyesum anggur Bordeaux di istana Marie Antoinette.

 

Pusat Perhatian nan Elegan


Shirley Gouw,  Head of Interior Designer, Buyer and Media Relations di Elite Grahacipta, membayangkan "Printemps Bleu Zenith" akan menjadi titik fokus yang memukau dalam desain interior modern, sekaligus tetap menonjol dengan anggun dalam nuansa klasik nan lembut. Ia mengamati bahwa meskipun detailnya sangat rumit dan istimewa, chandelier ini tidak berteriak untuk diperhatikan, melainkan berbisik dengan keanggunan.

"Saya bisa membayangkan chandelier ini dengan suasana interior modern, dan ia akan menjadi pusat perhatian ruangan. Lalu, dengan interior klasik, dengan warna-warna yang sangat lembut, lagi-lagi, ini akan menonjol dengan sendirinya," tuturnya.

Ia melihat chandelier ini sebagai karya seni yang tidak mendominasi, namun menarik perhatian dengan kehalusan dan keanggunannya. "Lampu gantung ini akan berbisik, tidak berteriak, 'lihat aku!' Ketika kita masuk ke ruangan dengan chandelier ini, suasananya menjadi sempurna," pungkasnya.

 

***

 
Dengan harga Rp2,26 miliar, Baccarat "Printemps Bleu Zenith” ini bukan sekadar investasi. Lampu gantung edisi terbatas ini adalah sepotong kebudayaan yang bisa disentuh, bukti bahwa keelokan lahir ketika dua peradaban bertemu dalam harmoni.
 
Teks: Mardyana Ulva
Foto: Elite Grahacipta

 


Topic

Interior

Author

DEWI INDONESIA