
Tiga tahun lalu, saya mengambil jeda dari dunia media sosial. Keputusan ini saya ambil setelah beberapa waktu lamanya merasa terjebak dalam rutinitas yang membuat saya kewalahan. Rasanya saya seperti punya tanggung jawab untuk menyebarkan kebaikan, padahal, kan, tidak ada yang mengharuskannya.
Selama mengambil jeda, saya memilah-milah kembali hal-hal saja yang memberikan energi positif, dan mana yang justru menguras energi saya. Saya juga menyadari, meski saya menyukainya media sosial, saya tidak mau terjebak lagi dalam ‘kewajiban-kewajiban’ yang membuat saya merasa tertekan
Saya pikir, inilah proses yang akhirnya membuat saya sekarang ini bisa melihat hal-hal sederhana dalam hidup dengan lebih bermakna. Glimmers, atau hal-hal kecil yang membahagiakan itu, jadi terasa kerap sekali muncul—menambah rasa syukur dan menambah motivasi dalam menjalani keseharian.
Untuk dapat mengapresiasi glimmers, ada beberapa hal ini yang saya lakukan:
- Hadapi ketakutanmu
Saya mencoba memahami ketakutan saya dengan berdialog dengan diri sendiri dan mencari tahu sumber kecemasan saya. Apakah kecemasan ini milik saya atau energi negatif dari luar? - Menulis jurnal syukur
Saya menulis jurnal syukur setiap hari, mencatat apa saja hal-hal yang membuat saya merasa terberkati dengan karunia Tuhan. Saya bersyukur dengan menikmati hidup dan menyadari hak istimewa yang saya miliki.
- Buat batasan sehat
Saya juga membuat batasan yang sehat dengan menjauhi gosip, bersikap kritis terhadap media sosial, dan belajar untuk mengatakan tidak. - Relaksasi di tengah alam
Alam memiliki kekuatan memulihkan. Sebulan sekali, saya upayakan bisa pergi ke alam, merelaksasi pikiran dan memulihkan kembali ketenangan batin. - Mengenal diri lebih dalam
Selain bersyukur, saya juga belajar memahami apa yang saya sukai dan membuat saya bahagia. Dengan mengumpulkan hal-hal ini, saya menjadi lebih memahami diri sendiri dan misi jiwa saya yang sesungguhnya.
Setelah satu setengah tahun rehat dan banyak melakukan refleksi ke dalam diri, saya memutuskan untuk pergi ke Bali. Suasana di sana yang tenang dan keindahan alamnya mengingatkan saya kembali untuk lebih menghargai diri sendiri.
Misi jiwa saya pun mulai tampak jelas: untuk hidup dengan lebih autentik, menghargai setiap momen, dan tidak membebani diri dengan ekspektasi orang lain. Misi jiwa saya adalah menjadi wanita yang santai. Itulah panggilan jiwa saya.
Editor: Mardyana Ulva
Foto: dok. Andra Alodita