Asmara Abigail: Secercah Optimisme Seusai Badai
Kesukaran menuntun Asmara pada kebaikan-kebaikan kecil yang melambungkan harapan.
12 Jun 2020


Dalam gelapnya dampak wabah COVID-19, masih ada cahaya kecil yang memberi terang. Dampak positif wabah COVID-19 bagi lingkungan juga dirasakan Asmara Abigail. “Sekarang langit lebih cerah. Di Venesia airnya tambah jernih dan ikan-ikan bermunculan. Kanal di Milan didatangi Angsa dan saya jadi sering mendengar kicau burung,” ujar peraih penghargaan The Asian Stars: Up Next di International Film Festival and Awards (IFFA) Macao tahun 2019. Ia menemukan harapan dari menepinya manusia di rumah. Mungkin, jika di masa depan hal tersebut tetap dilakukan secara rutin. Maka alam juga akan punya lebih banyak ruang untuk bernapas.

Asmara cukup memberi perhatian soal lingkungan. Sejak kecil sang ibu sudah memberi edukasi soal sampah. “Memilah sampah sudah jadi rutinitas mama. Kalau sedang mengantar saya, di sepanjang area sekolah, mama tak malu memungut sampah dan dimasukan ke kantong,” kisahnya. Orang lain yang melihat menertawakan atau mengejek. Tapi, Asmara percaya selagi ia dan orang terdekatnya melakukan hal baik tawa dan ejekan tersebut tidak berpengaruh sedikitpun. Ia justru membuat proyek kecil membuat karya seni papan yang berisi kata-kata motivasi tentang kebersihan yang dipajang di sekolah.

Asmara juga diketahui memiliki hutan kecil di kediamannya. Kelak, ia ingin membuat hutan-hutan kecil lain di kota. Biasanya, saat ulang tahunnya ia akan merancang proyek berbentuk donasi menanam pohon. Kegiatan tanam pohon juga dijadikannya untuk membayar kembali apa yang ia cemari. “Saya suka naik pesawat dan tahu dampak penerbangan terhadap alam. Maka setiap naik pesawat sebisa mungkin saya akan donasi pohon,” terangnya.

Gaya hidup ramah lingkungan yang sedang ia coba jalani sekarang adalah mengurangi konsumsi daging. “Meskipun bukan vegan atau vegetarian, saya berusaha meminimalisasi makan daging karena industri makanan ikut membahayakan alam,” katanya lagi. Baru-baru ini pula, Asmara menaruh ketertarikan pada menanam koral. Keberadaan koral bukan hanya sebagai rumah bagi ikan-ikan atau penghias lautan. Lebih dari itu, nyatanya koral adalah hewan karnivora penghasil pasir putih dan menyumbang setengah dari oksigen dunia dan menyerap 30 persen karbon dioksida buatan manusia. Koral hanya tumbuh 0,5 hingga 2 cm per tahun dan hanya setahun sekali bereproduksi pada saat bulan berada di posisi tertentu. Di antara jutaan yang dilahirkan hanya 10 persen yang bertahan. Selain itu, Asmara kerap memilih produk kecantikan yang punya perhatian terhadap lingkungan. Misalnya, ia menggunakan Loccitane dan Body Shop yang bekas wadahnya bisa kembalikan.

Terang dalam Kelam
Di tengah beragam kesukaran, api optimisme Asmara masih menyala. “Masih banyak orang baik,” katanya. Kemanusiaan bergerak lebih cepat dari virus itu sendiri. Orang-orang akhirnya melakukan sesuatu. Saling membantu dengan menggalang dana. Industri mode Italia seperti label Gucci, Prada, Armani mengubah pabriknya untuk membuat baju medis. Louis Vuitton dan Bvlgari mengganti produksi parfum di pabriknya menjadi hand sanitizer. Kedai kopi dekat kediamannya memberikan bantuan bagi siapapun yang membutuhkan makanan. Secara langsung, sebelum status lockdown diterapkan, Asmara membagikan croissant dari toko kue yang tidak habis terjual kepada pedagang asongan di Milan.

Di Indonesia yang notabene masyarakat guyub, banyak orang yang bahu-membahu menggalang donasi untuk mereka yang terkena dampak. Orang-orang terdekat Asmara juga tak mau ketinggalan berkontribusi. Kelly Tandiono menggalang dana untuk orang-orang di jalanan. Asmara sendiri bekerja sama dengan Mahija, brand perhiasaan artisanal yang berbasis di Yogyakarta, turut mengumpulkan donasi. Bantuan darinya ditujukan untuk para pekerja film yang kehilangan pekerjaan. Sedangkan Mahija fokus untuk pengrajin perak di Kota Gede, Yogyakarta. “Sebetulnya sekecil apapun kita pasti bisa membantu. Saya senang melihat kita bersama-sama saling menguatkan. Semoga manusia yang baik bisa lebih banyak dari apa yang saya lihat saat ini,” ujarnya. Ia jadi ingat obrolannya dengan Garin Nugroho beberapa waktu lalu. “Mas Garin bilang, Indonesia itu yang bagus adalah rakyatnya. Harusnya pemerintah berterima kasih karena rakyat melakukan tugas-tugas yang semestinya dilakukan pemerintah,” katanya menirukan gaya bicara sutradara film Setan Jawa itu.

Membayangkan kehidupan setelah ini, Asmara tidak sabar untuk kembali ke lokasi syuting. “Saya sampai menangis menonton tayangan di belakang layar di Netflix. Karena saya sangat rindu suasana syuting,” ungkapnya. Ia harus menunggu beberapa waktu lagi untuk kembali. Sambil tetap menghadapi masa kini dengan penuh harap akan hari esok yang lebih cemerlang.

Teks: Wahyu Septiyani
Foto: Hilarius Jason
Pengarah Gaya: Erin Metasari  
Busana: Toton
Aksesori: Mahija


 

 


Topic

Cover Story

Author

DEWI INDONESIA