Konsep Menerima dan Memberi dari Chef Chris Salans
Selagi terus mencari inovasi kulinernya, Chef Chris Salans juga turut berkontribusi pada lingkungan dan masyarakat Bali.
25 Sep 2020



Dibesarkan di Paris, Chef Chris Salans memiliki budaya makan yang kuat. Ia memulai pelatihannya di Le Cordon Bleu Paris sebelum magang di restoran berbintang Michelin seperti L’Oustau de Baumanière dan Lucas Carton di Prancis. Karier kuliner membawanya ke New York di mana ia bekerja sebagai Sous Chef kemudian Chef de Cuisine untuk Thomas Keller di Napa Valley, California.
 
Ketika ia menjadi Executive Chef di The Legian di Bali, ia merasa kagum terhadap masakan Asia dan berusaha mengembangkannya. Bisa dikatakan, Chris merupakan salah satu pelopor yang menjadikan Bali sebagai tujuan kuliner internasional. Chris berhasil menunjukkan kekayaan kuliner Indonesia dengan teknik Prancis kepada dunia melalui pengalaman gastronomi yang unik.
 
Seperti yang dihadirkannya di Mozaic Restaurant di mana ia menyajikan hidangan gastronomi yang mengkombinasikan bahan-bahan dari Indonesia dengan masakan Prancis modern. Sedangkan restorannya yang lain, Spice by Chris Salans tampil lebih kasual dan mengangkat konsep restoran nol impor.

 
Coconut Husk Smoked Tokusen Beef Shortribs in a Kluwek Black Nut.
Dalam menggali inspirasi, Chris memulai dari seluruh ingatan tentang makanan dan kehidupannya. “Ketika saya mencicipi bahan dari Indonesia, saya mengaitkannya dengan kenangan masa kecil, lalu boom! sebuah ide muncul. Setelah saya menemukan kecocokan antara bahan satu dan lainnya, maka itu hanya masalah menggunakan teknik memasak untuk mengekspresikan rasa, tekstur, dan warna yang ingin saya tampilkan,” Juri acara Top Chef Indonesia dan kontestan Iron Chef Indonesia 2017 menjelaskan.
 
Kreasi yang ia ciptakan selalu berkembang. Penikmatnya jarang melihat hidangan yang sama. “Satu-satunya yang khas dari saya adalah bahan-bahan Indonesia yang saya gunakan dalam masakan saya seperti kluwek, kecombrang, daun kari, belimbing wuluh, dan lain sebagainya,” ujar pria yang memperoleh penghargaan dari Association des Maîtres Cuisiniers de France (Asosiasi Master Chef Prancis), sebuah badan koki internasional bergengsi yang berlatih, melestarikan, dan mengembangkan seni masakan Prancis.
 
Sorghum Risotto, Sautéed Broccolini, Confied Baby Tomatoes, Laksa Herb Oil menjadi menu Dine at Home by Chris Salans

Dalam merespons situasi pandemi, ia telah meluncurkan Dine at Home by Chris Salans yang menawarkan pengalaman bersantap mewah di rumah. Konsepnya sederhana dan menyenangkan. Chris mengembangkan menunya agar para tamu dapat melakukan plating sendiri. Setiap hidangan dilengkapi dengan instruksi dan video tentang cara menghidangkan makanan tersebut di situs Mozaic Restaurant.
 
Mozaic kini sudah dibuka kembali berdasarkan reservasi tamu. Tentunya  dibarengi serangkaian standar kesehatan dan kebersihan yang diberlakukan hasil bekerja sama dengan Les Grandes Tables du Monde, sebuah asosiasi restoran bintang dua dan tiga Michelin di seluruh dunia.
 
Masa pandemi ini juga memberikan warna baru untuk melakukan hal di luar pekerjaannya sebagai seorang chef. Aktivitas profesionalnya berkurang secara drastis, maka ia habiskan hari  dengan berolahraga, bermeditasi, dan memasak  untuk keluarga di rumah. “Percaya atau tidak, selama berkarier sebagai koki, saya jarang sekali  memasak di rumah. Karena saya terlalu terbiasa memasak di dapur profesional. Memasak di rumah tidak semudah kedengarannya tetapi saya berhasil, itu pun setelah mengacaukan beberapa hidangan,” ia mengungkapkan.

 
Crispy Seared Foie Gras in Sweet and Sour Broth with Bilimbi Fruit

Tak hanya berkutat di dapur bersama kreasinya. Ia juga mencoba untuk berkontribusi lebih pada lingkungan dan pengembangan Bali melalui sebuah inisiatif Chefs Go Green yang baru dimulai dengan rekan-rekan koki di Bali. Inisiatif ini dibuat untuk mengembangkan dan memfasilitasi pengelolaan limbah industri  F&B dengan menetapkan sistem yang kredibel  serta praktis dalam pengelolaan limbah yang efektif. Sayangnya, pandemi membuat proyek ini tertunda. Selain itu, ia juga bergabung dengan Bali Pledge. “Inisiatif dari pemilik bisnis di Bali ini ingin menjadikan Bali sebagai tempat yang lebih baik. Pandemi adalah kesempatan bagi Bali untuk mendapatkan kembali posisinya sebagai pulau yang eksklusif,” katanya.
 
Ia beranggapan dengan naiknya biaya perjalanan dan lebih sedikit orang bepergian, kualitas pariwisata Bali akan meningkat lebih baik. Yang juga otomatis akan berarti melindungi tradisi, budaya, serta alam Pulau Dewata untuk generasi masa depan dari menipisnya sumber daya air dan pengikisan lapisan tanah karena meningkatnya pengembangan struktur beton. “Pada dasarnya membawa kembali Bali ke filosofi asli Tri Hita Karana, yaitu hidup selaras dengan kerohanian, lingkungan, dan masyarakat,” ucapnya. Bisa dilihat, betapa ia punya banyak cinta pada Bali dan Indonesia. Dirinya juga ingin memiliki akses ke lebih banyak produk Indonesia.
 
“Indonesia adalah negara besar dengan begitu banyak pulau sehingga hampir tidak mungkin bagi saya untuk pergi dan menemukan bahan dari semua pulau-pulau itu. Saya berharap ada cara bagi saya untuk menemukan bahan-bahan dari pulau-pulau itu tanpa harus pergi ke sana sendiri,” ujarnya. (WHY) Foto: Dok. Mozaic Restaurant

 

 

Author

DEWI INDONESIA