Menghidupkan Puisi Cinta Dari Happy Salma
Terapan ide Happy Salma pada puisi-puisi cinta karya penyair Indonesia.
19 Apr 2019


Bagaimana cara menghadirkan puisi-puisi cinta karya para penyair Indonesia agar tidak seperti deklamasi dipanggungkan? Happy Salma memiliki idenya. Ide ini kemudia berkembang saat ia berbicara dengan Agus Noor. “Ia menyambut dan mengembangkannya ke dalam suatu konsep pertunjukkan yang tidak terduga. Mengangkat puisi-puisi cinta karya 25 penyair Indonesia, dan menghadirkannya ke panggung menjadi suatu alur kisah dalam percakapan dan nyanyian,” cerita Happy.

Happy yang berlaku sebagai produser di pementasa ini bersama Agus Noor sebagai sutradara dan penulis naskah, kemudian memilih aktor-aktor yang mereka anggap tepat. Reza Rahardian, Marsha Timothy, Chelsea Islan, Atiqah Hasiholan, Sita Nursanti, Teuku Rifnu Wikana, dan Butet Kartaredjasa yang terpilih melakonkan puisi dalam cerita dan nyayian. Ada pula sutradara dan aktor teater kawakan yang akan berperan sebagai Narator. Pementasan Titimangsa Foundation memang kerap kali menampilkan aktor-aktor film yang tersohor. “Agar lintas mediums aja. Di luar negeri hal itu biasa, aktor film berperan di teater dan sebaliknya,” Happy memberikan alasannya. Ia tidak melihat ini sebagai problema karena dulu pun kebanyakan aktor film Indonesia lahir dari teater. Namun ia mengakui, zaman telah berubah, kuncinya adalah mengikutinya dengan kemauan untuk terus memperbaiki kemampuan diri.

Pementasan Cinta Tak Pernah Sederhana juga didukung oleh PT. Balai Pustaka (Persero). “Sebagai orang yang mengenal karya sastra Indonesia lewat buku-buku terbitan Balai Pustaka, saya begitu terharu bisa bekerja sama dengan mereka,” Happy mengungkapkan kegembiraanya. Sastra memang selalu menarik dan membuat Happy terus mencari tahu. “Saya merasa ketika mendalami nilai-nilai di dalam sastra, berarti kepekaan kita sebagai manusia itu muncul. Dan saya percaya yang bisa menekankan radikalisme, keserahakan kita sebagai manusia, tercermin dari bagaimana ia menghargai karya sastranya.” Kata Happy. Ada ruang yang berbeda ketika ia mengeksplorasi karya tersebut dalam sebuah peran.

Tantangan mementaskan sebuah cerita ke panggung teater adalah kesiapan penonton Indonesia. Karena naskah yang berat, jadi naskah harus dibuat agar tidak menjadi berat. Walau demikian, jika melihat angka penjualan tiket, Happy merasa sekarang teater sudah mulai ‘merakyat’. Maka dari itu Happy dan Titimangsa Foundation akan terus konsisten dalam memajukan industri teater dalam negeri. (NTF) Foto: Adiansa Rachman.
 

 

Author

DEWI INDONESIA