Museum MACAN Hadirkan Pameran Berisi Pengamatan Kritis Pergeseran Kelas
Tak sekadar estetis dan bersejarah, pameran “Pose”di Museum MACAN berikan perspektif kritis lewat karya yang dipamerkan
13 May 2022



Sempatkan diri Anda untuk mengunjungi Museum MACAN untuk menikmati karya-karya seni di pameran terbarunya yang bertajuk “Pose.” Judul pameran ini  diambil dari judul lukisan S. Sudjojono dari tahun 1975, yang menampilkan pengamatan kritis atas pergeseran kelas sosial di Indonesia di dekade 60-an dan 70-an. Berkeliling ruang pamernya dan mengamati tiap karya dalam pameran ini, kita seolah diajak memahami fenomena-fenomena sosial-politik di era tersebut, yang menjadi latar belakang perubahan skena seni di Indonesia.

“Karya-karya yang ditampilkan di pameran ini tersimpan di koleksi berbeda, yakni di Museum MACAN dan Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta, tetapi punya narasi serupa: dibuat dekade 70-an ketika Indonesia membuka diri terhadap investasi asing, yang akhirnya melahirkan kelas sosial baru yang menjadi konsumen seni rupa,” jelas Sally Texania, kurator Museum MACAN, di acara pembukaan pameran ini, Kamis (13/5/2022).
 
Sally juga menjelaskan bahwa seiring dengan lahirnya kelas sosial baru ini, muncul pula sambutan hangat dari konsumen seni rupa tersebut terhadap karya seni bergaya abstrak. Fenomena inilah yang juga berpengaruh pada perubahan kecenderungan estetika karya, dari yang sebelumnya banyak mengangkat realisme sosial menjadi bergeser ke arah yang lebih abstrak.
 
Anda bisa mengamati eksplorasi gaya seni abstrak ini dari kubisme hingga lukisan color-field pada karya Lukis But Muchtar, Achmad Sadali, dan Srihadi Soedarsono. “Figures” (1962) karya But Muchtar, misalnya, menunjukkan kecenderungan kubisme awal yang dikembangkan sejak masa pendidikannya bersama pengajar Barat, Ries Mulder, di akademi seni yang kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB).
 
Sementara pergeseran ini berlangsung, perupa yang bekerja dengan pendekatan realisme sosial seperti S. Sudjojono, menuangkan pandangan kritisnya mengenai perubahan zaman lewat karya mereka.  Contohnya lukisan “Pose” yang menjadi judul pameran ini, yang mengindikasikan fungsi sosial seni yang bergeser dari kepentingan perjuangan nasional menjadi tontonan di kalangan elite.  

 
Kiri ke kanan: "High Level" (1970), "Maka Lahirlah Angkatan 66" (1966), dan "Pose" (1975) karya S. Sudjojono

Pameran “Pose” merupakan kolaborasi pertama antara Museum MACAN dan Museum Seni Rupa dan Keramik (MSRK) Jakarta. Sejumlah karya bersejarah yang penting dari koleksi Museum Seni Rupa Keramik (MSRK) turut ditampilkan dalam pameran ini, termasuk "Maka Lahirlah Angkatan 66" (1966) karya S. Sudjojono. Karya ini berkaitan dengan demonstrasi mahasiswa yang menandai lahirnya masa Orde Baru.
 
Pameran ini juga menampilkan "Tulisan Putih" (1972) karya A. D. Pirous. Karya kaligrafi ini merupakan salah satu pemenang pameran besar seni lukis Indonesia pada tahun 1974, yang menandai peristiwa ‘Desember Hitam’ dan awal mula Gerakan Seni Rupa Baru.

Museum MACAN juga menampilkan kembali karya para perupa yang mengamati perubahan dan pergeseran sosial di masyarakat; dari Jepang, Cina, Amerika Serikat, dan Britania Raya. Beberapa di antaranya yaitu karya-karya dari Damien Hirst, David LaChapelle, Jeff Koons, Keith Haring, Liu Ye, Richard Prince, Takashi Murakami, Tang Zhi Gang, Wang Guangyi, Wang Xin, Yue Minjun, dan Yoshitomo Nara.

Pameran “Pose” hadir di Museum MACAN mulai 30 April hingga 18 September 2022.


MARDYANA ULVA
Foto: Museum MACAN

 

 


Topic

Art

Author

DEWI INDONESIA