Opini: Menantikan Daya Perempuan di DPR
Jumlah perempuan anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2019-2024 meningkat dari periode sebelumnya, Sejauh apa kiranya daya perempuan di parlemen kita?
3 Oct 2019


Pelantikan Anggota DPR RI periode 2019-2024


Di tengah hiruk pikuk demonstrasi mahasiswa dan Aliansi Masyarakat Sipili Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi menentang berbagai rancangan undang-undangan hasil kebut semalam para Anggota Dewan, tongkat estafet kepemimpinan mereka beralih ke para anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2019-2024. Ada 575 Anggota Dewan yang dilantik pada 1 Oktober 2019 lalu.

Kinerja DPR pada periode lalu memang jauh dari kata memuaskan. Ini membuat masyarakat sulit optimis dengan perubahan susunan anggota periode yang baru. Meski demikian ada sedikit angin segar yang bisa membawa sedikit optimisme kita terhadap pelantikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode baru ini.

Pertama, persentase jumlah Perempuan Anggota DPR periode ini meningkat menjadi sekitar 20% ketimbang periode lalu sebanyak 17% dari seluruh anggota. Jumlah keterwakilan ini menjadi yang tertinggi selama lima pemilu pasca-reformasi. Kedua, pada acara pelantikan itu Indonesia juga memilih perempuan pertama sebagai Ketua DPR RI, Puan Maharani. Pun Indonesia mendapatkan anggota DPR termuda yang juga seorang perempuan Hillary Brigitta Saut.

Meski secara statistik, ketiga hal itu sekilas tampak baik, bukan berarti pekerjaan sudah selesai. Persentase perempuan anggota DPR periode baru ini boleh jadi meningkat, tetapi jumlahnya tentu belum sebanding dengan laki-laki anggota DPR yang mencapai 80% lebih.

Diskursus pembahasan tema di parlemen kita pun akhirnya masih didominasi suara laki-laki. Bahkan ketika menyangkut hak-hak dan persoalan perempuan serta anak. Ini membuat pembahasan kebijakan yang menyangkut hajat hidup khususnya bagi perempuan seperti RUU-PKS terus tertunda.

Laporan data kinerja DPR oleh Tirto menyebutkan perempuan anggota DPR lebih aktif dalam membahas isu-isu dan topik-topik sosial, ketimbang rekan laki-laki mereka yang lebih banyak membahas perihal yang kental dengan urusan ekonomi-politik. Tercatat, para anggota perempuan ini sangat aktif ketika membicarakan topik BPJS kesehatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Terutama mereka yang tidak mampu memiliki layanan asuransi kesehatan. Sementara tema-tema yang memicu para laki-laki Anggota Dewan aktif terlibat adalah pembahasan seputar Freeport dan perundangan.

Tak bisa dipungkiri, dominasi suara-suara maskulin di parlemen membuat diskursus tentang berbagai persoalan jalan di tempat. Belum lagi kesamaan latar belakang para Anggota DPR kita yang kebanyakan berasal dari keluarga pejabat, pengusaha yang lantas menjadi politisi, atau golongan selebritas. Misalnya Krisdayanti, salah satu nama baru yang masuk menjadi Anggota DPR RI periode 2019-2024.

Tentu tak semua Anggota Dewan tak berkualitas. Kita mengenal Rieke Diah Pitaloka, bekas selebritas yang kini memasuki periode ketiganya sebagai Anggota DPR RI. Ia dikenal memiliki suara yang cukup kritis dan kerap mendorong pengesahan RUU progresif seperti RUU PKS. Meski demikian suara dan pengaruhnya tak cukup signifikan untuk melawan suara mayoritas di Senayan.

Keberagaman gender dan latar belakang memang diperlukan di DPR RI untuk menghasilkan aturan yang lebih akomodatif terhadap seluruh rakyat. Pun membuka pandangan baru terhadap berbagai topik bahasan di parlemen. Capaian 20% keterwakilan perempuan di DPR tentu masih jauh dari cukup untuk mengatasi itu. Kepemimpinan seorang perempuan di parlemen pun mungkin tak bisa membawa banyak perubahan jika tak dibarengi dengan peningkatan partisipasi dan keterwakilan perempuan di parlemen secara signifikan.

Namun, seperti yang banyak orang bilang “we gotta start somewhere”. Mungkin dengan terpilihnya Puan Maharani, terlepas segala latar belakangnya yang memberikan dia batu loncatan besar untuk mencapai posisinya sekarang, membuka jalan bagi perempuan-perempuan lain untuk menjadi pemimpin di dunia politik. Mungkin dengan persentase anggota DPR RI perempuan periode 2019-2024 memicu perempuan-perempuan lain untuk lebih terlibat aktif dan terus meningkatkan keterwakilan para kaum Ibu di parlemen. (SIR). Foto: Dok. Istimewa.

 


Topic

Politics

Author

DEWI INDONESIA