Pesona Heliconia di Sekar Bumi Farm
Pertanian terpadu di Gianyar yang sejuk bermisi memperkenalkan varian bunga tropis Indonesia ke khalayak luas
21 Sep 2019


Bunga Heliconia yang siap dipanen
1 / 4
Suasana asri nan sejuk langsung menyambut ketika rombongan kami tiba di kawasan kebun bunga tropis Heliconia Sekar Bumi di Gianyar. Udara terasa begitu segar. Bebas dari sesak polusi dan hiruk-pikuk Jakarta. Kunjungan ini merupakan agenda pertama dalam rangkaian World Flower Council (WFC) Summit Indonesia 2019.

Mungkin belum banyak di antara Anda yang awam dengan bunga Heliconia. Tak seperti bunga-bunga kecil layaknya Anggrek, Mawar, dan Krisan yang sudah amat familiar di masyarakat. Heliconia termasuk bunga keras dari jenis tanaman pisang-pisangan. Dari sekian banyak bunga, Heliconia dipilih oleh Ketut Subagia, pemilik Sekar Bumi, sebagai produk utamanya. “Kami ingin mencoba apa yang belum [dilakukan] dan bisa dikembangkan menjadi ikon daerah ini,” papar Ketut, 20 September 2019.

Heliconia memang memiliki pesonanya sendiri. Ketut lebih lanjut menjelaskan bahwa sejatinya bunga tersebut lebih tepat disebut sebagai buah dari pohon yang termasuk keluarga pisang-pisangan. Namun, kemudian banyak orang yang menggunakan buah itu sebagai dekorasi layaknya bunga.

Sampai saat ini, tingkat Produksi Sekar Bumi bisa mencapai 500 tangkai dalam sehari. Jumlah tersebut memang masih diperuntukan memenuhi kebutuhan domestik di Bali. Khususnya untuk memenuhi permintaan dari para pelaku industri pariwisata seperti perhotelan, restoran, dan berbagai event.

Kebetulan kami berkunjung di saat yang tepat, yakni pada puncak musim berbunga Heliconia. Pemandangan bunga-bunga Heliconia yang menyembul malu-malu dari balik tangkai pohonnya yang hijau memanjakan mata yang selama ini Hanya menyaksikan lalu-lalang lalu lintas di kota besar.  

Ketut mulai mengembangkan Sekar Bumi pada 2003. Ia adalah generasi ketiga dari keluarga petani. Awalnya Sekar Bumi merupakan proyek pribadinya. Seiring waktu, kala bunga-bunga Heliconia makin diminati pasar, ia pun mengembangkan kebun bunganya melibatkan petani-petani lain di kawasan tersebut.

Kini Sekar Bumi menempati lahan seluas 18 hektare di Desa Kerta di Kabupaten Gianyar. Sebelumnya pada 2016 Sekar Bumi juga dinobatkan sebagai kebun bunga Heliconia terbesar di Indonesia oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Tak hanya yang terbesar, kebun bunga Heliconia Sekar Bumi juga menjadi yang terlengkap.

Dari ratusan jenis bunga Heliconia, Ketut mengklain memiliki hampir semuanya. Ia mengatakan ragam bibit Heliconia ia dapatkan dari berbagai tempat. Selain bibit dari negeri sendiri, Kosta Rika, Hawaii, dan berbagai hutan tropis di dunia merupakan beberapa di antaranya. Dan, dengan mampirnya rombongan WFC Summit Indonesia 2019 ke kawasan perkebunan tropis itu, Ketut berharap dapat menambah jejaringnya serta memperkenalkan Heliconia kepada khalayak yang lebih luas.

Tak hanya bunga-bungaan, Sekar Bumi juga menyimpan pesona lain. Di area tersebut masih terdapat subak atau sistem irigasi sawah tradisional Bali yang memberikan suasana asri. Gemericik air pun turut pun mengiringi perjalanan kami mengelilingi kawasan kebun bunga tropis itu.

Namun Sekar Bumi bukan satu-satunya lahan perkebunan atau Pertanian di Desa Kerta. Ia hanyalah salah satu bagian dari ekosistem pertanian terpadu yang tengah coba dikembangan masyarakat di sana. Total ada 150 hektare lahan yang kemudian dibagi peruntukannya: untuk sawah padi, kebun sayur, tembakau, kebun bunga, dan sebagainya. “Jadi kami [Sekar Bumi] tetap ada integrasi dengan petani-petani lain, saling mendukung, dan berupaya menjadi desa yang mandiri,” kata Ketut.

Ketut bersama para petani lain di Desa Kerta juga memberlakukan sistem pertanian ˆzero waste atau tanpa limbah. Ini mereka lakukan dengan menggunakan seminimal mungkin zat kimia dalam membudidayakan produk taninya dan memanfaatkan limbah produksi. Bahkan ketika mereka kelebihan produksi.

Ketut menjelaskan, ketika terjadi kelebihan produksi mereka akan memanfaatkan limbah bunga untuk pakan gajah dan sapi. Sementara daun-daunnya akan diolah menjadi pupuk kompos yang bisa digunakan untuk menumbuhkan tanaman-tanaman baru. Dengan begitu seluruh produk pertanian yang diproduksi di Desa Kerta, khususnya kebun Sekar Bumi, bisa terus didaur ulang.

Inilah cara masyarakat di Desa Kerta hidup berdampingan dengan alam. Ketut dengan Sekar Bumi miliknya serta para petani lain turut menjaga kelestarian lingkungan hidup mereka dan membuktikan adanya manfaat ekonomi dari semua usaha tersebut. (SIR). Foto: Shuliya Ratanavara.

 
 

 


Topic

Exhibition

Author

DEWI INDONESIA