Plaza Indonesia Film Festival Kembali Hadir Dengan Menggandeng Sederet Sinema Lokal dan Global
Plaza Indonesia Film Festival kembali digelar dengan tema eksklusif yang merayakan hubungan antarmanusia, yakni “Love’s Mosaic - A Cinematic Celebration of Human Connection”.
22 Feb 2024



Setelah vakum selama tiga tahun, Plaza Indonesia Film Festival (PIFF) 2024 kembali digelar tahun ini. Perayaan sinema yang telah digelar sejak 2015 ini telah menjadi rumah bagi puluhan sineas tanah air yang berbakat. Tahun ini, PIFF mengabil tema eksklusif yang bertajuk “Love’s Mosaic - A Cinematic Celebration of Human Connection”. Tak hanya sekadar mal, Plaza Indonesia selalu berusaha mendukung peningkatan kebudayaan dan kreativitas seniman tanah air lewat berbagai acara, salah satunya adalah Plaza Indonesia Film Festival. 

 

"PIFF 2024 membawa tema yang sangat inspiratif yang tidak hanya mengundang penonton untuk menikmati film, tetapi juga untuk menyelami keberagaman, keceriaan, dan kehangatan koneksi yang ditawarkan oleh seni sinema. Tema ini bukan sekadar sebuah panggilan untuk menonton film, melainkan juga sebuah ajakan untuk menjelajahi beragam nuansa emosi dan pengalaman manusia yang disajikan melalui silver screen. Melalui setiap cerita yang dipertontonkan, PIFF 2024 mengajak penonton untuk merenungkan perbedaan dan persamaan yang ada di antara kita, serta menemukan keindahan dalam keragaman yang menjadi kaya akan warna dalam dunia sinema," tutur Sugar & Liya dari Amygdala Cinema, selaku kurator film PIFF

PIFF 2024 menghadirkan sederet sinema dari berbagai genre, mulai dari drama, komedi, dokumenter yang menceritakan kisah-kisah dari ragam perspektif akan sebuah kehidupan. Film yang hadir dalam PIFF 2024 antara lain:

SARA (Indonesia) 

Film SARA menceritakan kebaktian seorang anak transpuan pada ibunya yang mengalami amnesia, karena trauma ditinggalkan oleh suami terkasih. Kisah menyentuh ini dibalut dengan sinematografi yang apik suguhan dari sineas berbakat Ismael Basbeth. Film ini dibintangi sederet figur berbakat tanah air, yakni Asha Smara Dara sebagai SARA, Christine Hakim sebagai Muryem, Mian Tiara sebagai Ayu dan Landung Simatupang sebagai Said. 
 

Women From Rote Island (Indonesia)

Film Women From Rote Island mengisahkan kehidupan Orpha (Merlinda Dessy), yang mengalami perlakukan abusif baik ketika menjadi tenaga kerja asing, hingga kepulangannya ke tanah airnya, yakni pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Kisah penuh gejolak emosi, persembahan dari Jeremias Nyangoen, mengangkat isu-isu yang seringkali terlewat dari kacamata masyarakat modern. Film ini telah meraih beberapa penghargaan, salah satunya sebagai "Film Panjang Terbaik" dari Festival Film Indonesia dan 3 nominasi bergengsi lainnya seperti "Penulis Skenario Asli terbaik", "Sutradara Terbaik", dan "Pengarah Sinematografi Terbaik".
 

Fallen Leaves (Finlandia)

Fallen Leaves merupakan sinema asal Finlandia yang mengangkat kisah dari kota Helsinki. Kisah modern dari Aki Kaurismaki tentang pencarian kebahagiaan dan jati diri di tengah kehidupan yang menyendiri. Nuansa film retro 90-an terasa begitu kental dalam sinematografi film “Fallen Leaves” ini. Berkat kisahnya yang komikal dan sinematografi yang istimewa, film ini menjadi nominasi dalam 76th Cannes Film Festival dan masuk ke dalam deretan 5 film internasional terbaik oleh National Board of Review. Tak hanya itu, film ini juga berhasil memenangkan "Best International Feature Film" di 96th Academy Awards. 

 

The Zone of Interest (Amerika Serikat)
 

The Zone of Interest mengambil sebuah narasi yang cukup mendalam dari Jonathan Glazer yang mengeksplorasi kisah cinta dan kehidupan di tengah kejadian penuh luka dalam sejarah dunia, yakni Holocaust. Produksi dari salah satu rumah sinema ternama yakni A24, The Zone of Interest menghadirkan perspektif baru dari sejarah kelam Holocaust. Perspektif kisahnya yang distingtif membawa "The Zone of Interest" memenangkan Grand Prix dan FIPRESCI Prize dalam 76th Cannes Film Festival. Tak hanya itu, film ini juga memenangkan 3 penghargaan BAFTA, 5 nominasi Academy Awards dan 3 nominasi Golden Globe Awards. 

 

Four Daughters (Tunisia)

Karya persembahan dari Kaouther Ben Hania mengangkat kisah perjuangan seorang ibu untuk melindungi anak-anaknya di tengah tekanan sosial dan politik. Narasi yang diambil dari sudut pandang seorang ibu di tengah gempuran prinsip patriarki yang anarkis menjadikan film ini berhasil mendapatkan tiga kemenangan di 76th Cannes Film Festival. Film ini membawakan ide segar dalam dunia perfilman global dengan memadukan genre dokumenter dan juga film non-fiksi. 

 

In Our Day (Korea Selatan)

In Our Day menceritakan tentang sebuah kisah sederhana dari Hong Sang-Soo tentang pertemuan yang tak terduga dan perayaan momen kecil yang memperdalam hubungan antarmanusia. Menyorot kesederhanaan dalam kompleksitas hidup menjadi gagasan yang segar dan tak mudah untuk dieksekusi. Film ini membuktikan kemampuannya dalam mengupas berbagai memori sederhana yang berharga dalam hubungan kasih antar sesama manusia. Film ini terpilih untuk tayang perdana dalam Director's Fortnight pada 76th Cannes Film Festival dan berhasil masuk dalam jajaran 2023 New York Film Festival.

Penulis: Elizabeth Alicia Terisno
DOK. DEWI

 


Topic

Film

Author

DEWI INDONESIA