Desain Kota Virtual dalam Metaverse Rancangan Zaha Hadid Architects
Liberland Metaverse ini akan dijadikan metaverse untuk para pengembang metaverse dan ekosistem crypto secara luas
16 Mar 2022
Tren Metaverse tak ada habisnya untuk dibahas. Baru-baru ini, para arsitek di Zaha Hadid Architects merilis rancangan kota “cyber-urban” mereka di metaverse, yang memungkinkan orange-orang untuk membeli sebidang tanah di dalamnya menggunakan mata uang kripto. Mereka juga nantinya bisa memasuki bangunan digital di semesta meta buatan tim studio arsitektur asal Inggris yang dikenal dengan gaya rancangannya yang futuristis ini.
Kota di dalam metaverse buatan Zaha Hadid Architects ini bernama “Liberland Metaverse,” yang rancanganya terinspirasi dari Republik Liberland—negara mikro yang berada antara Kroasia dan Serbia. Republik Liberland adalah negara tak resmi yang statusnya tidak diakuiorganisasi internasional seperti PBB.
"Ambisinya adalah menjadikan “Liberland Metaverse” sebagai situs andalan untuk networking dan berkolaborasi di era industri 3.0. Ini adalah metaverse untuk para pengembang metaverse dan ekosistem crypto secara luas,” jelas pimpinan Zaha Hadid Architects, Patrik Schumacher.
Bangunan yang dirancang Zaha Hadid Architects untuk “Liberland Metaverse” ini termasuk city hall, sebuah lapangan terbuka, dan sebuah pusat pameran. Kota metaverse ini bisa diakses lewat Mytaverse—platform berbasis cloud yang menciptakan lingkungan 3D, dan berkeliling kotanya melalui avatar.
Rancangan Zaha Hadid Architects untuk “Liberland Metaverse” ini menggunakan gaya khasnya dengan garis-garis lengkung, serta pojok-pojok melingkar yang memberi kesan bangunan masa depan. Yang menarik, banyak elemen bangunan di metaverse ini yang tidak menjejak tanah, sesuatu yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata mengingat adanya gaya gravitasi.
Aula kotanya, yang berada di jantung kota ini, memiliki teras yang memungkinkan orang berlalu lalang di sekitarnya. Sementara itu bagian dalamnya bangku-bangku ditata melingkar serupa tapal kuda, dengan bendera Liberland yang tampak menggantung di dindingnya.
Meski Schumaker percaya bahwa masa depan internet ada di metaverse, dia juga berpendapat bahwa ruang-ruang fisik akan tetap ada. Menurutnya ruang-ruang fisik di realita akan eksis berdampingan dengan ruang-ruang virtual, dan interkoneksi antara kedua ruang ini akan terus menguat ke depannya.
"Selama kita masih memiliki tubuh fisik, kita juga membutuhkan lingkungan fisik,” jelasnya. “Lingkungan virtual itu bisa sama nyatanya dengan lingkungan fisik, dengan adanya realita sosial yang akan eksis dalam dua semesta ini secara bersamaan.”
MARDYANA ULVA
Foto: Zaha Hadid Architects via Dezeen
Pertunjukan Musikal Matilda kini sedang berlangsung di Singapura, kini kita bisa mendapatkan tiket menonton pertunjukan musikal ini dengan mudah melalui Klook. ...
Sambut bulan suci Ramadhan dengan ragam hidangan khusus Iftar dan Suhoor dari wilayah Timur Tengah hingga Nusantara di Palm Court, Hotel Four Seasons....
Ini adalah pertama kalinya seorang bartender asal Indonesia berkompetisi di kancah global bersama para bartender dari seluruh dunia di ajang bergengsi tersebut....