Hari kedua panggung JFW Center Stage kembali memikat perhatian dengan talkshow bertajuk "How Local Brand Crafting Exclusivity on Shop.” Sesi yang dipandu oleh oleh Arriyo Yustanto ini menghadirkan tiga sosok perempuan yang sukses di industri fashion lokal, Meity Dwi Savity (founder Haidee & Orlin); Maria Anggraini, (founder This Is April); dan Hetty Awi, (founder 3Mongkis). Dalam diskusi ini, mereka berbagi cerita tentang perjalanan dan langkah-langkah yang dilakukan dalam membangun brand positioning yang kuat.
Langkah dalam Membangun Brand Identity
Meity Dwi Savity dari Haidee & Orlin menceritakan perjalanan yang telah ia bangun selama sepuluh tahun. Selama lima tahun terakhir, Haidee & Orlin berfokus pada gaya modest chic yang casual dan feminin, dengan ciri khas cutting oversized dan ragam motif seperti bunga dan renda. Menariknya, Meity juga menambahkan bahwa ia turut serta mendesain setiap pakaian untuk memastikan identitas brand-nya tetap terjaga.
Lain halnya dengan 3Mongkis di bawah arahan Hetty Awi. Sejak awal, ia berfokus pada eksplorasi warna-warna cerah dan mencolok. Ia mengatakan bahwa 3Mongkis memiliki identitas yang fun dan berani, dengan kesan visual yang kuat melalui penggunaan warna-warna silau. Seiring berjalannya waktu, pendekatan ini berkembang menjadi identitas brand yang solid, ditambah dengan gaya unisex yang membuatnya semakin inklusif dan menarik bagi berbagai kalangan.
Adapun Maria Anggraini mengungkap visinya dalam membangun This Is April; pemberdayaan perempuan melalui fashion. Koleksi tiap pakaian didesain untuk meningkatkan rasa percaya diri dengan pakaian yang fashionable namun tetap timeless. Walaupun mengikuti tren, This Is April tetap mengutamakan kualitas, memastikan bahwa setiap pakaian dapat menjadi investasi yang baik untuk para konsumennya.
Tantangan Terbesar dalam Membangun Brand
Setiap founder berbagi tantangan terbesar yang pernah mereka hadapi. Maria Anggraini dari This Is April menyoroti bagaimana pandemi COVID-19 menjadi tantangan signifikan bagi bisnisnya. Sebelum pandemi, This Is April memiliki 70 offline store, namun karena pembatasan, beberapa harus ditutup. Akan tetapi, musibah ini mendorong This Is April untuk fokus pada penjualan online, terutama dengan memperkuat konten di platform digital.
Bagi Hetty Awi, langkah yang dilakukan oleh 3Mongkis dalam menghadapi pandemi COVID-19 adalah memastikan kerja sama tim yang solid untuk fokus beralih ke platform online. Menurutnya, penting untuk bekerja bersama dan tetap fokus agar brand dapat bertahan dalam kondisi yang berubah-ubah.
Sebaliknya, Haidee & Orlin justru berangkat dari penjualan online sebelum berkembang ke ranah retail. Langkah ini memberi mereka pengalaman yang berbeda dalam menghadapi dinamika pasar, terutama dalam menyesuaikan model bisnis dari digital ke offline.
Mengadaptasi Storytelling di Marketplace
Saat berbicara tentang cara mereka menyesuaikan storytelling dan konten untuk platform marketplace seperti Tokopedia, masing-masing brand memiliki pendekatan yang berbeda. Hetty Awi menjelaskan bahwa 3Mongkis kerap bereksperimen dengan berbagai jenis konten, terutama dengan memanfaatkan lagu-lagu viral dari TikTok. Pendekatan yang ia sebut sebagai ‘coba-coba’ ini membuat 3Mongkis dapat menemukan jenis konten yang paling efektif.
Berbeda pendekatan, This Is April mengambil langkah yang lebih terarah. Maria Anggraini menjelaskan bahwa mereka menciptakan persona yang sesuai dengan target pasar, yakin usia 18 hingga 40 tahun. Meskipun mengikuti tren yang sedang viral, This Is April tetap melakukan kurasi konten agar tetap selaras dengan identitas brand. Baginya, hal ini penting untuk menjaga citra dan nilai yang ingin disampaikan kepada konsumen, terutama untuk menjaga loyalitas pelanggan yang sudah setia pada brand miliknya.
Teks: Belva Nafashabila (FLUI Media)
Editor: Mardyana Ulva
Topic
JFW 2025Author
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Laras Alam Dalam DEWI's Luxe Market: "Suara Bumi"