Pusat Studi Urban dan Kelestarian yang Dibangun Marco Kusumawijaya
Marco Kusumawijaya masuk sebagai salah satu daftar men to watch pilihan dewi.
21 Oct 2015



Setelah beberapa waktu tinggal di Aceh, Marco Kusumawijaya menganggap kebiasaan orang Aceh makan rujak punya makna lebih dalam, “Makan rujak dapat membangkitkan kebersamaan.” Ia arsitek lulusan Belgia yang pernah terlibat dalam pembangunan rumah warga di Aceh pascatsunami. Baginya, solusi dari tiap masalah harus berlandaskan kebersamaan, selain bersifat ekologis.  Marco kemudian membangun kebersamaan lain untuk peduli terhadap kota, yakni pusat studi urban pertama di Indonesia, yang dinamainya Rujak. Lembaga ini menerbitkan buku, menyelenggarakan seminar dan pelatihan, dan aktif dalam pelestarian hidup. Jakarta, kota di mana ia tinggal, memiliki tiga hal penting yang menurutnya harus ditangani, yakni masalah air yang menyangkut ketersediaan air dan banjir, masalah mobilitas yang terkait dengan kemacetan, populasi dan transportasi publik, dan masalah sampah. Ia juga menulis sejumlah buku, antara lain Jakarta Metropolis Tunggang Langgang (2004), Siak Sri Indrapura (bersama Sapardi Djoko Damono, 2006) dan kumpulan esai Kota Rumah Kita (2006).
 
Pada 2012, Rujak mendirikan Pusat Pembelajaran Kelestarian di desa Muntuk, kecamatan Dlingo, kabupaten Bantul. “Saya namai Bumi Pemuda Rahayu,” ujar Marco, seraya menjelaskan bahwa tempat ini menjadi kawasan percontohan untuk pelestarian. Ia mewujudkan impiannya dengan sejumlah arsitek muda yang bermimpi sama. Ada tanaman pangan di sini. Ada instalasi pengolahan daur ulang limbah. Kegiatan lainnya adalah memberi residensi untuk peneliti, penulis dan tukang. Kini ia berkonsentrasi mengembangkan kawasan tersebut. Pelestarian baginya tidak hanya terkait dengan alam, melainkan dengan penghuninya, sehingga ada rencana jangka panjang untuk mengembangkan kawasan berbasis bambu yang membuat masyarakat dapat memproduksi alat-alat berbahan baku bambu. Marco menerjemahkan sustainability sebagai kelestarian, bukan keberlanjutan, “Sebab alam yang lestari yang dapat mendukung kehidupan.” (LC) Foto: Dok.Dewi.
 
 

 

Author

DEWI INDONESIA