
Dalam gelaran “Miracle Runway” yang mengharu-biru persembahan Pond’s Age Miracle, tiga muse: Dian Sastrowardoyo, Eva Celia, dan Agnes Jennifer; memimpin sembilan perempuan inspiratif dalam memunggawangi tiga perancang perempuan: Studio JEJE, Christie Basil, dan Jan Sober.












Yang dihadirkan memang adalah sebuah fantasi. Miracle Seekers alias para Pemburu Mukjizat, demikian para puan ini disebut, adalah puan-puan yang menaklukkan panggung gelaran sebagai sebuah bukti kapabilitas perempuan untuk menemukan ulang diri mereka sendiri—tanpa batasan usia dan waktu. Di panggung Jakarta Fashion Week 2026, mereka melenggang bersama tiga selebritas kenamaan, membangkitkan aspirasi bahwa semua puan bisa berdikari dengan karsanya sendiri.









Studio Jeje menanggalkan kebaya kebayanya dan memilih tata busana yang lebih kasual, tanpa meninggalkan identitas kriya kuatnya.Tunik, kemeja dengan dasi, mantel dipasangkan dengan bawahan tutu. Ornamentasi beading bersanding dengan bulu-bulu. Jenaka dan khayali, sambil menjejak ke realita duniawi.









Christie Basil mengunggulkan permainan bodice-nya dalam koleksi ini, dan benar ia mumpuni dalam merancang bangun konstruksi tulang-tulang busana.Warna-warna yang lebih mute menyoroti kepiawaian Christie dalam menggubah bentuk. Pemilihan beludru, organza, dan taffeta membuat bentuk-bentuk bergerak ini meroma dalam gradasi warna.Tiap desir dan lambai dalam kerlip kristal dan ronce bahan menjadi atraksi yang memikat.









Jan Sober menonjol dalam tailoring, yang bermain struktur dan bentuk. Kini, alih-alih sudut-sudut kaku, ia menjelajah lengkung-lengkung draperi. Di tangan Jan Sober, bahan-bahan kaku ini tak ubahnya air, mengalir luwes dan cair dalam kurva halus dari hulu ke hilir. Palet warna monokromatis membuat bayangan draperi jatuh drngan dramatis. Bulu-bulu bak jubah penyihir dan sequin dalam jarum-jarum bak sayap sayap akrilik.