Hoarse Horse: Fabel-Fabel Ida Lawrence

Ida Lawrence menggali naluri primal dan jejak pemberontakan lewat pameran tunggalnya di ISA Art Gallery.

ISA Art Gallery kembali menghadirkan perenungan dalam pameran seni terbarunya. Galeri ini menghadirkan pameran tunggal yang bukan sekadar tontonan visual, tetapi sebuah dialog intim tentang eksistensi. Pergelaran ini bertajuk “Hoarse Horse”, pameran tunggal oleh Ida Lawrence.

Ida merupakan seorang seniman diapora asal Australia yang kini menetap di Berlin. ia membawa resonansi dari perjalanan hidupnya selama ini. jejak-jejak masa lalunya, termasuk periode studinya di ISI Yogyakarta ia jadikan lapisan narasi yang kompleks. Pameran ini tidak terikat dengan satu tema, melainkan Ida menjadikannya sebagai jurnal visual yang jujur. Karya-karya tersebut menyajikan peristiwa yang ia lalui, terekam dalam cat dan kanvas.

The Animalistic Aspect

Fokus utama dari eksplorasi Ida adalah fenomena yang dikenal dengan “The Animalistic Aspect” (aspek kebinatangan). Ide ini meresap dalam kehidupannya, bagaimana figur hewan sering kali dijumpai. Baik itu berupa hewan peliharaan manusia, ukiran gedung yang memiliki unsur hewan, patung hewan, kaus kaki dengan motif hewan, dan banyak hal lainnya.

Advertisement

Di tengah semua eksplorasi fauna ini, Ida melontarkan kejutan filosofis dalam sebuah film pendek yang disutradarai oleh sahabatnya, Monika. Ida diberikan pertanyaan sederhana, “Apa hewan favoritmu?”, dan jawaban sang seniman justru menyoroti inti kemanusiaan: “Manusia.”. Ia menyatakan bahwa kegemarannya terhadap fauna adalah jembatan untuk memahami makhluk paling kompleks dan kontradiktif di bumi: dirinya sendiri dan kita semua.

Anarki di Atas Kanvas: Trace Track Scracth Splat

Di antara narasi figural yang memikat, terdapat karya abstrak yang berbicara tentang energi dan pemberontakan. Lukisannya yang bertajuk “Trace Track Scracth Splat” menarik perhatian, menampilkan komposisi abstrak yang diwarnai bekas cakaran seolah-olah dihasilkan oleh tindakan hewan yang impulsif.

Di dalam karya ini juga terdapat bukti artistik yang berani. Ida memperlihatkan sisi pemberontaknya dengan menggunakan teknik yang secara eksplisit tidak dianjurkan oleh dosennya kala itu. Sebuah tindakan subversif yang kini menjadi kekuatan estetiknya: mulai dari jejak tetesan cat yang dibiarkan mengalir di atas kanvas, hingga pencampuran cat dengan minyak untuk menghasilkan tekstur dan efek visual yang berbeda. Tindakan ini seolah menegaskan kembali pada tema yang diusung, untuk memahami aspek kebinatangan; bahwa terkadang kita harus melepaskan kendali, membiarkan naluri mengambil alih, dan menerima jejak yang tidak sempurna.

Teka-Teki Seekor Rubah: Karla’s Fox Story

Salah satu karya lainnya yang meghadirkan narasi apik adalah karya yang berjudul “Karla’s Fox Story”. Karya ini hadir dari kisah tentang sepatu temannya yang hilang dicuri rubah. Teka-teki ini disajikan dalam urutan yang menarik perhatian:

  • And do you know how I knew” (Dan tahukah kamu bagaimana aku tahu): paparan pertama yang berisikan bisikan pertanyaan.
  • It was a fox who’d stolen my shoes?” (Seekor rubahlah yang mencuri sepatuku?”: karya kedua yang memberikan tuduhan yang jelas.
  • Figur seekor rubah yang memakai sepatu: karya terakhir sebagai penutup, yang sengaja ditaruh di antara dua papan, seolah-olah sang rubah sedang bersembunyi.

***

Pameran ini menjadi perayaan atas imajinasi dan absurditas yang menyenangkan. Ida tidak sekadar mengilustrasikan cerita, tetapi ia menangkap esensi dari naluri yang mengambil alih logika, sekaligus kecenderungan kita untuk memanusiakan keanehan di dunia ini.

“Hoarse Horse” adalah sebuah pernyataan kuat. Seni tidak hanya lahir dari keteraturan, melainkan dari keberanian untuk menjadi cermin kehidupan yang jujur dan tak terkendali.

“Hoarse Horse”
Pameran Tunggal oleh Ida Lawrence
29 November 2025 – 2 Februari 2026
ISA Art gallery, Wisma 46, Jakarta.

Teks dan foto: Nadia Indah
Editor: Mardyana Ulva

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Central Park dan Ritme Manusia: Louis Vuitton Pre-Fall 2026 Men’s

Next Post

Panorama Sinema Indonesia di Paris: 75 Tahun Diplomasi, Satu Layar Bersama

Advertisement

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.