Moonveils: Kode, Tubuh, dan Suara di Atas Kanvas

Lebih dari sebuah agenda seni, Moonveils menghadirkan ruang untuk menyimak hal-hal kecil yang kerap luput: bisikan perasaan, tanda-tanda samar, dan percakapan batin yang jarang terucap.
Pameran seni bertajuk “Moonveils” berawal dari perjalanan personal Nana Yap, yang kemudian tumbuh menjadi ruang refleksi sekaligus kolaborasi bersama dua seniman lain, Emira Bunga dan Maria Solimin.

Lebih dari sekadar representasi visual, karya-karya dalam pameran “Moonveils” menghadirkan seni sebagai bahasa komunikasi, kode yang lahir dari persahabatan, pengalaman hidup, dan interaksi dengan lingkungan. Di balik karya-karya yang dipamerkan, terdapat benang merah yang menghubungkan: kesan yang tidak selalu terucap, tetapi bisa dirasakan, “if you know, you know.”

Moonveils mengajak audiens untuk membaca ulang isyarat-isyarat implisit maupun eksplisit yang kerap muncul dalam keseharian perempuan—dari gestur sederhana, percakapan samar, hingga pengalaman yang hanya dipahami oleh mereka yang pernah melaluinya.

Sebagai sebuah group exhibition yang digagas oleh Atreyu Moniaga melalui Atreyu Moniaga Projects pameran ini juga mempertemukan tiga seniman perempuan yang menegaskan bahwa tubuh, suara, dan emosi bukan hanya medium ekspresi, tetapi juga jalan untuk memahami diri sendiri maupun orang lain.

Advertisement

Perayaan Transformasi Nana Yap

Karya Nana memadukan figuratif dan biomorfik organik dengan garis-garis cair dan warna ekspresif. Terinspirasi dari siklus alam, pertumbuhan, kehancuran, regenerasi, ia merayakan proses transformasi sebagai bagian alami kehidupan. Warna-warna yang ia pilih punya simbol sekaligus energi emosional, mengundang audiens menemukan refleksi diri dalam ambiguitas visual.

Perjalanan Penyembuhan Emira Bunga

Lewat tubuh perempuan yang selalu menjadi pusat lukisannya, Emira mengisahkan perjalanan penyembuhan personal. Dari pengalaman remaja yang penuh keraguan hingga berdamai dengan tubuhnya, ia melihat tubuh bukan sebagai lawan, melainkan teman. Karyanya ekspresif, penuh energi, dan kerap terhubung dengan musik yang ia gunakan sebagai ritual grounding. Bagi Emira, setiap audiens bebas menafsirkan ceritanya sendiri.“If you know, you know,” ujarnya.

Afirmasi Diri Maria Solimin

Maria berangkat dari pengalaman kehilangan suara batin ketika berusaha menjaga ketenangan sekitarnya. Dalam lukisannya, ia banyak terinspirasi dari spontanitas gambar anak-anak yang jujur dan autentik. Teks menjadi bagian penting, seperti afirmasi atau peringatan dalam percakapan batin. Melalui kanvas, ia mendekatkan diri pada emosi yang kusut sekaligus belajar merangkulnya, suara batin yang dulu terpendam kini menemukan ruang untuk terdengar.

Pameran “Moonveils” berlangsung pada 13 September hingga 12 Oktober 2025 di KENDYS Gallery, Wisma Geha, Jl. Timor No.25, Menteng, Jakarta Pusat. Lebih dari sebuah agenda seni, Moonveils menghadirkan ruang untuk menyimak hal-hal kecil yang kerap luput: bisikan perasaan, tanda-tanda samar, dan percakapan batin yang jarang terucap. Setiap karya menyuguhkan pengalaman yang akrab tetapi personal, serta menghadirkan bahasa emosional yang tidak selalu mudah diucapkan, tetapi dapat dirasakan bersama.

Teks: Aqeela Hamarthya Czecheska Humayra
Editor: Mardyana Ulva

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Trokomod: Heri Dono dan Kuasa Imajinasi di Tengah Gejolak Zaman

Next Post

Wonderful Indonesia Gourmet: Babak Baru Sinergi Gastronomi

Advertisement

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.