
Art & Bali 2025
Berlangsung di Nuanu, Tabanan, pada 12–14 September 2025, edisi perdana Art & Bali melibatkan 18 galeri, lebih dari 150 seniman, dan 50 program lintas disiplin. Dari sekian banyak program, pameran “Terra Nexus” menjadi salah satu sorotan utama. Pameran ini mengeksplorasi relasi yang terus berubah antara teknologi, ekologi, dan memori kultural melalui medium seni media baru.
Dikuratori oleh Mona Liem—kurator asal Indonesia yang kini berbasis di Swiss—“Terra Nexus” menghadirkan 31 seniman dari dalam dan luar negeri. Pameran ini secara khusus menghadirkan karya seni media baru (new media art) di Labyrinth Gallery di Nuanu. Dari realitas virtual hingga karya imersif berbasis sains, pameran ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat berdialog dengan tradisi, kosmologi, dan identitas di tengah masyarakat Asia Tenggara.

Bagi Mona, praktik kuratorial baginya bukan hanya soal memilih nama, tetapi juga mendorong seniman untuk keluar dari pola yang sama. “Pemilihan seniman dalam kuratorial itu perlu, tapi saya juga mendorong mereka bikin karya yang berbeda. Jadi bisa memperkaya khasanah kekaryaan di Indonesia juga,” ujarnya.
Yang membuat “Terra Nexus” semakin istimewa adalah kehadiran para seniman perempuan yang membawa suara, tubuh, dan ingatan mereka ke dalam wacana teknologi dan lingkungan. Estetika berpadu dengan pengalaman personal, melahirkan narasi yang berlapis.
- Satya Cipta menyingkap dualisme Bali melalui garis femininnya. Figur-figur teatrikal karyanya bergerak di ruang antara: misterius, kontemplatif, sekaligus penuh ambiguitas.
- Sekarputi Sidhiawati, lewat medium keramik, menyuarakan isu perempuan sambil membangun komunitas kreatif di Tegallalang. Tanah, baginya, bukan sekadar bahan, melainkan tubuh yang menyimpan memori.
- Yessiow, muralis dan ilustrator, merayakan keberagaman dan pemberdayaan perempuan melalui pola dan bentuk yang lahir dari dinding hingga pot. Di Terra Nexus, ia keluar dari zona nyaman mural 2D, menghadirkan dua karya berbasis tekstil.
- Rakhmi Fitriani mengajak kita mempertanyakan cara memandang alam: sering dieksotisasi dan dirayakan secara romantis, namun dilupakan sebagai organisme hidup. Karya terbarunya terinspirasi dari padang bunga popi di Palestina.
- Alodia Yap menjembatani budaya Tionghoa dan Indonesia lewat narasi tentang luka, pembebasan, dan spiritualitas. Karyanya memadukan watercolor di atas kertas dengan nylon mesh transparan, menciptakan visual bertumpukan yang saling merefleksikan.
- Utami Atasia Ishii bereksperimen di persimpangan sains, teknologi, dan pengalaman manusia. Melalui instalasi sambal—lengkap dengan video proses, preparat mikroskopis, dan unsur kimianya—ia menempatkan bumbu dapur ini sebagai arena pertemuan antara sains, seni, dan budaya.

Pameran “Terra Nexus” berlangsung dari 12 September hingga 5 Oktober 2025. Kehadiran para seniman di pameran yang menyoroti karya seni media baru ini memberi gambaran bahwa seni media baru tidak semata soal mesin atau algoritma. Seni media baru juga tentang tubuh, gender, dan pengalaman hidup sehari-hari.
“Justru sebaliknya, seni media baru bisa menjadi wadah untuk merumuskan ulang hubungan manusia dengan alam, warisan, dan masa depan,” pungkas Mona.
Foto: dok. DEWI