Kecantikan Melampau Usia di Gelaran Pekan Mode Dunia
Identik dengan gemerlap budaya anak muda, fashion week di berbagai belahan dunia memberikan sorotan kepada model-model senior dari berbagai usia
1 Oct 2019


Erdem
1 / 8
Telah lama, fashion sebagai salah satu bentuk budaya populer identik dengan kemudaan. Meski inkulisivitas terus didorong dan dirayakan di industri ini dalam konteks ras, warna kulit, gender, dan bentuk tubuh, para model itu kebanyakan masih berada di satu kategori usia yang sama: muda.

Jarang rasanya melihat model-model di atas usia 30-40an berseliweran di peragaan-peragaan busana. Runway menjadi panggung mereka yang muda dan punya banyak energi. Vogue mengemukakan istilah ‘ageism’ atau bias umur untuk fenomena ini.

Sudah hal lumrah bahwa industri fashion mempunyai standarnya sendiri yang tak masuk akal. Para model tampak hampir non-manusiawi dengan tubuh mereka yang ramping, kulit mereka yang mulus, wajah mereka yang tanpa cela, dan regenerasi yang membuat para bintang di papan-papan iklan atau panggung-panggung runway tak pernah menua. Tua dan menua adalah dua hal yang kerap disangkal dalam industri mode. Di sini semua orang ingin menjadi muda, “now”, dan relevan. Standar-standar yang coba didobrak selama ini.

Namun tetap bias usia masih jarang menjadi salah satu topik utama ketika membicarakan hal itu. Telah lama, model-model yang berusia lebih tua tak mendapat tempat di halaman-halaman editorial majalah. Apalagi slot untuk berlenggak-lenggok di gelaran runway pekan mode. Tersisihnya perempuan-perempuan senior dari perhatian para pelaku industri fashion menjadi hal yang dianggap “normal”.

Obsesi industri mode pada yang paling baru dan yang budaya anak muda sering pula menjadi begitu ekstrem. Gelaran peragaan koleksi adibusana musim gugur Dior 2015 silam misalnya yang menampilkan model berusia 14 tahun.

Kabar baiknya, tren ini mulai bergeser. Inklusivitas yang dikampanyekan selama ini meluas menembus batas-batas usia. Sejak gelaran pekan mode dunia pada Februari 2019 silam, model-model senior turut meramaikan runway. Peragaan busana tak hanya milik yang muda.

Pun pada gelaran pekan mode dunia sepanjang September-Oktober ini. Ada Simone Rocha yang menampilkan tiga model senior pada peragaan koleksi musim semi/panas 2020-nya hingga Richard Quinn yang menghadirkan dua model di era 1990-an Jacquetta Wheeler dan Erin O’Connor. Begitu pula Erdem yang mengikut sertakan seorang model senior di peragaan koleksi musim semi terbarunya. Demna Gvasalia juga membuka peragaan koleksi musim semi/panas terbaru Balenciaga dengan menampilkan model senior dan bahkan pekerja sungguhan serta bukan model.

Tidak, mereka tidak ditampilkan sebagai gimik belaka. Model-model senior ini ditempatkan Setara dengan model-model yang lebih muda. Mereka dipilih untuk memperagakan koleksi dari para desainer dengan cara yang lebih beragam.

Para model senior itu menjadi representasi yang lebih realistis tentang siklus hidup manusia. Manusia tak selamanya bisa tampil muda. Dan menjadi tua bukan lantas menjadi tak relevan. Senioritas, kemapanan, dan pengalaman hidup tak automatis mematikan semangat energik yang kerap diusung para desainer atau mengikis edge yang dimiki seseorang.

Menyenangkan dan menyegarkan rasanya melihat para pelaku di industri fashion memberikan warna baru dengan membuka ruang-ruang serta menembus batas-batas yang selama ini dianggap tabu. (SIR) Foto: Richard Quin, Simone Rocha, Balenciaga.


 

 


Topic

Fashion

Author

DEWI INDONESIA