Auguste Soesastro Menelusuri Ruang-Ruang Pengembara di Mongolia
Di bagian barat Mongolia, Auguste Soesastro berefleksi. Dapatkah manusia yang hidup di kota, pindah haluan dan hidup seperti para nomad?
17 Jul 2020


 


Dalam konteks pekerjaan saya sebagai perancang busana, perjalanan ini sangat membuka mata karena saya dapat melihat secara langsung kehidupan kambing-kambing kasmir. Saya selalu ingin tahu tentang bahan yang kita pakai. Memang sudah ada film dokumenter tentang itu tapi bisa mengamati proses hidup mereka secara langsung di alam aslinya memiliki pesonanya tersendiri.
 
Dengan mengerti cara hidup orang lain kita jadi lebih menghargai hidup kita sendiri. Itu yang saya rasakan. Kami bisa melihat dan mengalami, walau sekejap saja, hidup yang benar-benar sederhana. Hal ini membuat saya berpikir, dapatkah saya bisa hidup sesederhana ini? Apakah setelah beberapa lama akan merasa bosan karena sudah mengetahui bentuk kehidupan yang lain? Melihat dari perspektif orang luar, kita sering berpikir hidup nomaden itu ‘lucu’. Tapi hidup mereka sangat berat. Banyak kemudahan-kemudahan yang tidak kita syukuri karena sudah begitu adanya. Masyarakat nomaden di Mongolia tidak punya kemewahan berbelanja bahan makanan ke swalayan yang punya pendingin ruangan. Untuk makan, mereka harus mengolah segalanya sendiri seperti memeras susu sendiri lalu diolah menjadi keju. Jika tidak begitu, tidak ada yang bisa mereka makan. Tidak bisa juga meminta ke tetangga karena mungkin keluarga terdekat tinggal 10 km dari tempat tinggal mereka.

 


Sepanjang perjalanan ini, ada satu hal yang tak kalah menyenangkan hati selain panorama yang memukau. Selama delapan hari berkuda di pegunungan, tidak ada sinyal ponsel sama sekali, sehingga saya tidak bisa dihubungi. Tidak ada gangguan dan rasa stres yang tidak perlu. Dulu saya masih merasa bersalah jika tidak dapat dikontak saat berlibur. Waktu liburan pun dibuat beririsan dengan pekerjaan. Alasannya agar tetap produktif. Namun ternyata perlu sekali melepaskan diri dari rutintias dan benar-benar menikmati waktu liburan. Nyatanya, sepulang bepergian kita akan kembali dengan pikiran yang lebih segar dan membawa perspektif baru yang dapat menguntungkan kita di kemudian hari. (Seperti diceritakan kepada Nofi Triana Firman) Foto: Jimmy Goh

 

 


Topic

Travel

Author

DEWI INDONESIA

JOIN OUR COMMUNITY