Anne Patricia Sutanto: Merangkai Desain, Identitas, dan Pemberdayaan

Anne Patricia Sutanto melihat industri furnitur dan kerajinan bukan sekadar urusan estetika, melainkan bagian penting dari ekosistem ekonomi kreatif Indonesia.
Bagi Anne Patricia Sutanto, sebuah desain yang indah dan fungsional, bukan hanya mempercantik ruang, tetapi juga memberi rasa percaya diri dan kendali atas lingkungan.

Di balik geliat industri furnitur dan kerajinan Indonesia, Anne Patricia Sutanto, Vice Chairman ASMINDO untuk Promosi Domestik dan Marketing, hadir dengan pandangan yang berpijak pada kolaborasi dan keberlanjutan. Melalui partisipasinya di ajang IFFINA+ 2025, ia berupaya memperkuat ekosistem industri; tidak hanya sebagai ajang pamer produk, tetapi juga ruang untuk memperluas jaringan, membuka peluang kolaborasi, dan memperkenalkan kualitas karya Indonesia ke pasar global.

“Kami mengupayakan agar pameran ini menjadi ajang display produk untuk public awareness, juga menjadi platform strategis untuk membangun jejaring bisnis, membuka peluang kolaborasi internasional, serta memperluas pasar bagi para pelaku industri,” jelas Anne.

Baginya, IFFINA bukan sekadar panggung untuk memperlihatkan karya, melainkan wadah untuk menegaskan posisi Indonesia sebagai negara dengan kekayaan material, keterampilan tangan, dan nilai budaya yang kuat.

Advertisement

Ruang dan Kehidupan Perempuan

Anne melihat desain interior bukan hanya perkara estetika, tetapi ruang di mana nilai-nilai perempuan tumbuh dan beresonansi. Rumah, baginya, adalah tempat di mana perempuan sering menjadi pusat harmoni.

“Saya percaya desain interior memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi perempuan. Rumah bukan hanya tempat tinggal, tetapi ruang di mana perempuan menciptakan suasana yang nyaman dan bermakna bagi keluarga,” tuturnya.

Melalui aksesori dan furnitur rumah, perempuan mengekspresikan gaya, nilai, dan kendali atas lingkungannya. Produk yang dirancang dengan fungsionalitas dan keindahan, menurut Anne, dapat menjadi bentuk pemberdayaan tersendiri, yang mendukung produktivitas, kesejahteraan, dan kualitas hidup keluarga.

Dari Tren Global ke Sentuhan Lokal

Sebagai pemimpin Homeware International, Anne membawa visi desain yang berpadu antara relevansi global dan identitas lokal. Ia berupaya agar setiap koleksi yang dibawanya ke pameran internasional seperti IFFINA mencerminkan filosofi itu.

“Desain kami selalu berangkat dari prinsip bahwa produk harus relevan dengan tren global, tapi tetap membawa identitas Indonesia. Kami menggabungkan sentuhan modern kontemporer dengan material alami dan detail budaya lokal,” jelasnya.

Menurutnya, prinsip keberlanjutan juga menjadi misi utama. Perusahaannya berkomitmen pada penggunaan material ramah lingkungan, kayu bersertifikat, hingga pemanfaatan limbah rotan menjadi produk bernilai estetis tinggi. Bagi Anne, keberlanjutan bukan sekadar tren, melainkan tanggung jawab moral terhadap alam dan masyarakat.

Memimpin dengan Empati dan Ketegasan

Dalam kepemimpinannya, Anne menanamkan nilai inklusivitas dan kepercayaan diri bagi perempuan di lingkungan kerja. Ia percaya, kepemimpinan yang membuka ruang bagi perempuan untuk tumbuh dan berkontribusi akan melahirkan inovasi yang lebih kaya.

“Tantangannya memang tidak kecil, mulai dari standar kualitas hingga persaingan global. Tapi justru di situ saya melihat kekuatan perempuan: detail, empatik, dan visioner,” katanya.

Ia mendorong perempuan di organisasinya untuk tidak hanya berperan di level operasional, tetapi juga dalam pengambilan keputusan strategis. Nilai pemberdayaan itu juga ia wujudkan lewat desain produk: fungsi dan estetika yang memberi ruang bagi perempuan untuk tampil percaya diri dan produktif dalam kesehariannya.

Ruang Hidup sebagai Cerminan Gaya dan Jati Diri

Anne percaya bahwa desain interior dan gaya hidup memiliki relasi yang erat, bahkan saling memperkaya. Keduanya berbicara tentang cara seseorang mengekspresikan diri dan membangun identitas.

“Jika fashion mencerminkan gaya personal dalam berpakaian, maka desain interior adalah fashion dalam skala ruang: tentang bagaimana seseorang menciptakan karakter dan kenyamanan di rumahnya,” ujarnya.

Ia menjelaskan, menurutnya, tren warna dan tekstur dari dunia mode kerap menjadi inspirasi dalam menciptakan koleksi homeware. Kolaborasi lintas disiplin antara desainer interior dan perancang mode pun menjadi ruang eksplorasi yang terus ia dorong, untuk menciptakan pengalaman gaya hidup yang utuh dan harmonis; di mana ruang hidup menjadi refleksi karakter dan aspirasi penghuninya.

Makna Pemberdayaan dan Semangat untuk Terus Berkarya

Menutup perbincangan, Anne merefleksikan perjalanan kariernya sebagai panggilan untuk memberi makna. Ia percaya bahwa pemberdayaan perempuan dimulai dari keberanian mengenali potensi diri, mengambil keputusan dengan yakin, dan menghadirkan nilai tambah di setiap langkah.

“Pemberdayaan bukan hanya soal posisi atau jabatan, tetapi bagaimana kita menjadi suara, teladan, dan penggerak perubahan,” ucapnya.

Bagi Anne, kepemimpinan yang sejati lahir dari empati. Ia berusaha menghadirkan ruang bagi perempuan untuk tumbuh bersama; dari diri sendiri, ke tim, hingga ke karya yang lahir dari tangan mereka.
“Setiap desain yang kami hasilkan,” katanya, “bukan hanya benda, tetapi representasi dari semangat kemandirian, kreativitas, dan pemberdayaan.”

Dengan begitu, bagi Anne Patricia Sutanto, dunia desain bukan sekadar tentang bisnis atau tren, melainkan tentang menanam makna: tentang bagaimana karya dapat menjadi sarana untuk menguatkan, menginspirasi, dan menumbuhkan kehidupan.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Le Goût de France 2025: Merayakan Cita Rasa dan Warisan Gastronomi Prancis di Indonesia

Next Post

Hann Prawira: Menangkap Kejujuran di Balik Lensa

Advertisement

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.