
Tahun ini mengajarkan kita banyak hal tentang resiliensi dan merawat harapan. Sekecil apa pun langkah kita tahun ini, diri kita selalu hadir dengan segala ketegarannya sepanjang perjalanan. Hari ini, mari kita merayakan kekuatan diri kita dengan ucapan terima kasih, untuk memberi penghormatan pada kekuatan yang tumbuh perlahan namun pasti
1. Terima kasih, karena telah berani melangkah meski hati sering ragu.
Untuk setiap keputusan yang terasa berat—kembali bekerja, mempertanyakan tempatmu, hingga menata ulang masa depan. Rasa ragu itu manusiawi, tapi kita tetap melangkah. Terima kasih untuk diri kita yang tidak berhenti mencari ruang yang lebih selaras.
2. … karena telah menjaga ruang aman di dalam diri ketika dunia luar terasa bising.
Untuk semua momen ketika kita merasa tidak ditempatkan di lingkungan yang tepat; baik di pekerjaan, komunitas, maupun ruang sosial. Kita tetap kembali pada diri, memeluk sisi yang butuh keheningan, dan tidak memaksa diri cocok di tempat yang bukan rumah.
3. …merasakan semua emosi tanpa menghakimi.
Untuk hari-hari ketika kita lelah, cemas akan masa depan, atau merasa ingin kabur dari ritme kota. Kita beri diri ini izin untuk merasakan, tanpa menuntut sempurna. Inilah bentuk keberanian yang jarang dirayakan.
4. …tetap mengutamakan belajar dan tumbuh, meski ritmenya naik turun.
Untuk perjalanan belajar yang kita jalani dengan hati—tak melulu dengan ambisi. Untuk kembali ke mimpi masa kecil kita dan merawatnya pelan-pelan, tanpa menekan diri agar harus cepat. Mari bersyukur bahwa proses ini adalah berkah.
5. …mengizinkan diri jatuh hati pada hal-hal yang membuatmu hidup.
Untuk gunung yang kita daki, perjalanan yang membawa kita dekat dengan orang-orang yang tulus, dan momen kecil yang membuat kita merasa dilihat dan tertampung. Kita pantas merasa ringan, ditolong, dan dicintai—bahkan ketika sumbernya masih samar.
6. …tidak menyerah pada mimpi yang kamu pikir sudah terlalu jauh.
Untuk keberanian merancang masa depan dan profesional yang lebih besar. Untuk menyiapkan diri pada hal-hal yang kita sendiri belum yakin bisa dicapai. Impian besar butuh hati yang sabar, dan kita telah berupaya untuk menjaganya dengan lembut.
7. …memilih menjadi perempuan yang penuh empati, tanpa kehilangan batas diri.
Untuk semua relasi yang kita rawat, cerita perempuan lain yang kamu dengarkan, dan jejaring yang kita bangun dari keinginan tulus untuk menyambungkan. Semoga semua berbuah manis bagi kita 🤍
Terima kasih, diri. Untuk setiap versi dari kita yang pernah lelah, pernah kuat, pernah takut, dan tetap hadir.