
Cahaya berubah temaram dalam semburat warna nila. Sebuah lampu sorot menumpahkan warna kuning terang. Di bawahnya, bercurah terang, seorang puan dengan rambut pirang berdansa, gaun boho-nya berkibar jelita—Joss Stone, sang legenda musik soul, berdendang dengan denting gitar.
Joss Stone adalah salah satu penampil dalam Ombak Festival 2025, festival musik teranyar dari negara jiran, Malaysia. Bersama dengan musisi kenamaan dunia dan Asia Tenggara lainnya, DEWI menyaksikan bahana suara Joss Stone bergema di pesisir Desaru Coast, sebagaimana diliput oleh Editor Digital DEWI, Imam Notonogoro, dan dituliskan oleh Editor Feature DEWI, Akib Aryo Utomo.

Senandung santai di akhir pekan
Dalam tiga hari akhir pekan 12-14 September 2025, pesisir Desaru Coast, lama dikenal sebagai pantai berpasir putih kegemaran turis Asia Tenggara di Malaysia, ramai oleh dendang penyanyi dunia dan Asia Tenggara. Setelah penampilan Flight Facilities, duo elektronik asal Australia dengan irama lo-fi pada hari pertama, DEWI menyambangi secara penuh seluruh festival pada hari kedua dan ketiga.
Hari kedua dimulai dengan santai. Sarapan dimulai cukup pagi pada pukul 07.00 waktu setempat, pun sajian brunch di pukul 10.00 memberikan nutrisi bagi yang ingin memulai hari lebih lambat. Karena pertunjukan musik baru dimulai pada sore hari, pagi hingga siang lebih banyak dihabiskan dengan menjelajahi Festival Village dengan semarak acara kebudayaan atau The Sireya dengan andrawina berkelas. Festival Village juga memiliki banyak stan makanan yang pas untuk lidah serumpun Asia Tenggara, didominasi oleh sajian bahari dari pesisir Laut Tiongkok Selatan. Pusparagam kuliner yang disajikan mengisi perut dan memuaskan lidah sampai malam hari menjelang.
Barulah ketika matahari mulai tergelincir, festival musik dimulai. Hamparan pasir putih Desaru Coast diselimuti dengan permadani rumput sintetis bagi pelancong konser. Suasana yang tidak terlalu ramai memungkinkan pelancong untuk memilih spot dengan leluasa. Apakah hendak meramaikan bibir panggung di tepi barikade dan menjemput musisi kesayangan; atau menikmati musik sambil leyeh-leyeh dengan tikar dan kursi lipat di bibir pantai?
Penampilan hari kedua diramaikan Tanayu, musisi asal Indonesia yang dengan melodi world music-nya sukses membuai penikmat Ombak Festival. Penyanyi dengan suara bening ini mengenakan gaun pendek dengan rok tutu dari Nila Baharuddin, kolaborator identiknya. Bahkan meskipun sempat terpotong oleh hujan, sehingga yang sedianya empat lagu hanya dapat dinyanyikan tiga saja, Tanayu masih dengan enerjik menari di atas panggung Ombak Festival.

Selanjutnya adalah Phum Viphurit, penyanyi asal Thailand yang menjadi ikon musik indie Asia Tenggara sirka dekade 2010-an. Dikenal dengan senyum lebar khas Siam yang memikat, dengan suara bas yang menggetarkan hati, Phum membawakan repertoar lagunya dalam irama yang mendayu-dayu. Suasana yang dibawakan jauh berbeda dari banyak konser di Indonesia, yang relatif lebih riuh dan bahana, pun sama menghibur dengan ketenangan yang istimewa.

Joss Stone dan penampilan yang menyihir
Pun, penampilan yang paling memikat dilantunkan oleh Joss Stone dalam hari ketiga dan terakhir Ombak Festival 2025. Titi nada Joss Stone seakan menyihir DEWI dalam dendang dan goyang.
Tiga logo besar menjadi latar sang biduan: cakar simbol perdamaian, hati, dan bunga. Joss Stone hadir dalam gaun ungu penuh kristal gemerlapan, dengan kerah-V, lengan flare, dan rok berlapis—sangat boho-chic, bak seorang sripanggung legendaris dari Studio 54. Mikrofonnya berbalut draperi tulle dengan payet yang turut berkelap-kelip cantik. Cahaya ungu dan biru yang berpusar lembut mengingatkan kepada lampu lava, sesuai dengan citra sang penyanyi, yang lekat dengan estetika flower generation pada dekade 70-an. Pun, sesuai dengan geloranya, Joss Stone memulai tiap lagu dengan pesan-pesan positif yang membesarkan hati.

Didampingi dua penyanyi latar dalam busana putih, Joss Stone mulai bernyanyi. Suaranya yang ikonis menggelegar penuh penghayatan. Benar tepat bahwa ia merebut perhatian musik dunia dalam debutnya di tahun 2000-an, memukau setiap orang akan jiwa soul membahana dari seorang perempuan kulit putih asal Inggris.
Joss Stone hanya menari kecil sesuai irama, pun mampu mengomando panggung dengan kekuatan vokal luar biasa. Musikalitas Joss Stone silih-berganti: dari single legendaris “Super Duper Love” yang kenes, tatkala ia menggoda penonton dengan berjalan dari satu sudut panggung ke sudut lainnya; vibrato yang bergetar dramatis dalam irama-irama disko ketika ia menyanyikan “Everybody Dance” karya CHIC dan gitaris legendaris Niles Rodgers; berpadu dengan bisik pelan ketika ia menyenandungkan balada-balada melankolis, seperti saat ia menyanyikan “Spoiled.” Untuk pertama kalinya dalam sepanjang Ombak Festival 2025, Redaktur DEWI yang hadir menyaksikan sukses melupakan segala penat pekerjaan dari Jakarta; bahkan, setelahnya, agak was-was tidak mengambil cukup gambar saking terbuainya dalam melodi Joss Stone. Untunglah semua gambar terambil baik dan Anda bisa menyaksikan reels Instagram DEWI berikut.
Kemudian, hujan, pun bukan dari air, melainkan dari semarak konfeti yang memenuhi seisi lanskap panggung utama Ombak Festival 2025. Joss Stone membungkuk kepada band pengiring, sebelum melemparkan cium dalam gestur tanda perdamaian kepada penonton. Sang biduan berpamitan, meninggalkan penonton dalam pikat dan pesona magisnya, dan Ombak Festival 2025 seakan pungkas dalam megah nan paripurna.
