Gempita Seni Art Jakarta

Art Jakarta Gardens menghadirkan kesempatan unik untuk menikmati seni di ruang terbuka sekaligus tertutup, dikelilingi oleh hijaunya pepohonan yang menenangkan. Tahun ini, Art Jakarta Gardens menjanjikan perpaduan segar antara seni rupa dan musik, menciptakan sebuah pengalaman artistik yang memikat dan menginspirasi para pengunjung.
Area The Sculpture Garden, sorotan utama perhelatan ini, memamerkan karya-karya dengan beragam eksplorasi bentuk, bahan, dan pendekatan tematik dalam seni patung. Beberapa di antaranya yaitu Karya dari “Sit on the Bench” karya King Saladeen (MoT), “Emotional Safeguard” karya Agung dan Sekar Puti (Srisasanti Gallery), “Ayam Jantan (Rooster)” karya Yunizar (Gajah Gallery), “Keep Rolling!” karya Iwan Suastika (D Gallerie), “Muscle, Mud, and Blood #1” by Dzikra A.N., dan “Terbanglah Bunda ” karya Yani Mariani (Kendys Sankhara).
Kolaborasi juga begitu hidup di perhelatan tahun ini, misalnya antara Bibit dengan Abenk Alter, yang mengundang audiens untuk memproyeksikan visi akan masa depan, berbagi harapan dan impian yang akan memandu kita dalam menjawab tantangan zaman. Dalam instalasi interaktif “Flower for the Future ”, Abenk Alter menjelajahi tema-tema energi bersama, keterhubungan manusia, dan kekuatan niat bersama.
Selain itu, ada juga kolaborasi antara Treasury dengan Arkiv Vilmansa dengan karya bertajuk “Golden Age”. Kary aini merupakan penafsiran menarik tentang masa keemasan yang mengangkat periode kreativitas murni dan potensi tanpa batas. Dalam instalasi ini, Arkiv Vilmansa mengeksplorasi nilai intrinsik dan nilai kelangkaan emas, menyoroti hasrat manusiawi akan keabadian dan kemakmuran.
“Art Jakarta Garden kali ini juga kembali melibatkan musik dan performance art sebagai bagian dari program publik. Salah satu highlight tahun ini yaitu Prehistoric Body Theater yang akan menampilkan pertunjukan "Sangiran 17:ERECTUSTOPIA," jelas Enin Supriyanto, Direktur Artistik Art Jakarta Gardens
“Sangiran 17: ERECTUSTOPIA” adalah varian adaptif dari karya besar Prehistoric Body Theater, “A Song for Sangiran 17,” yang dikemas khusus untuk Art Jakarta Gardens. Karya ini pertama kali dikembangkan sebagai komisi untuk Festival Indonesia Bertutur (INTUR) 2022, dengan dukungan fasilitas riset dari Museum Sangiran dan pendanaan dari Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Melalui pendekatan site-specific yang intim dan interdisipliner—memadukan paleoantropologi, butoh, serta tradisi tari Indonesia—pertunjukan ini mengajak penonton menelusuri kembali jejak purba, menghidupkan kesadaran pra-budaya dan menemukan kembali keindahan primitif hubungan manusia dengan alam dan sesama.
Teks dan foto: Mardyana Ulva
Topic
ArtAuthor
DEWI INDONESIATRENDING RIGHT THIS VERY SECOND
PROFILE
Semangat Berbagi Dewi Makes