Dengan Rok Tutu, Harry Styles Menantang Maskulinitas
Berpakaian ala balerina, Harry Styles membuktikan maskulinitas bukan tentang gaya “jantan”
18 Nov 2019




Bintang pop dan mantan anggota boyband One Direction, Harry Styles membuat heboh penggemarnya—dan khalayak media sosial pada umumnya—lewat unggahannya akhir pekan lalu. Sabtu malam lalu ia menjadi host acara reality TV, Saturday Night Live (SNL) sekaligus menjadi penampil di acara sketsa komedi tersebut.

Namun, meskipun penampilannya sebagai host SNL Sudah lama dinantikan khalayak, bukan itu yang membuat semua heboh. Melainkan unggahannya di Instagram. Setiap kali SNL memasuki segmen iklan, ia mengunggah satu foto dari sesi photoshoot-nya dengan SNL untuk materi promosi. Dua dari tiga foto itu memperlihatkan Harry mengenakan pakaian ala balerina lengkap dengan rok tutu warna pink dan stoking senada.

Kostum itu tampak kontras dengan lengan berotot Harry Styles yang berhias tato. Sementara di foto satunya nampak Harry terlihat tengah melakukan lompatan sambil merokok. Tangan yang satu merentang sementara tangannya yang lain menggenggam gelas champagne. Berbagai komentar pujian lantas membanjiri kolom komentar Harry Styles.

“Ini adalah penampilan terbaikmu,” kata Harris Reed yang menjadi penata gaya Harry untuk video “Lights Up” di kolom komentarnya. Namun bukan berarti ia tak mendapatkan kritik pedas. Beberapa pengguna Instagram menanyakan apa yang salah dengannya kini?

 


Sekilas foto Harry Styles ini mengingatkan akan foto Brad Pitt pada sampul Rolling Stone 1999. Di sampul itu Brad Pitt, yang merupakan ikon maskulinitas Hollywood, dengan kepala plontos tampil mengenakan gaun penuh warna dan corak.

Sama seperti Brad, Harry merupakan salah satu ikon maskulinitas Hollywood. Perbedaannya, Harry memang nampak lebih luwes mengenakan pakaian-pakaian berbau gender fluid. Ia tak sungkan tampil flamboyan dengan ruffles, lace, dan warna magenta. Namun pesan yang disampaikan kedua foto ini kurang lebih sama.

 


Kedua foto ini menjadi simbol penentangan akan simbol maskulinitas yang selama ini kerap ditampilkan dalam bentuk-bentuk kejantanan tradisional. Bahwa laki-laki mesti tampil dengan standar tertentu, tidak memperlihatkan perasaan mereka, tidak menjadi rapuh.

Sebelumnya, dalam dialog dengan Timothée Chalamet yang dimuat i-D, Harry juga sempat berbicara mengenai pandangannya akan maskulinitas. “Saya merasa sangat nyaman dengan diri saya. Saya rasa maskulinitas tidak lantas hilang ketika Anda membuka diri dan membiarkannya rapuh. Pun ketika Anda memperlihatkan sisi-sisi yang dianggap feminin. Saya sangat nyaman dengan itu semua,” katanya seperti dilansir i-D.

Harry memang cukup vokal dan gamblang dalam menyuarakan pendapatnya serta memperlihatkan visinya akan maskulinitas modern. Entah itu lewat kostum-kostum pilihannya atau pun dalam musik yang digarapnya. Baginya ia menciptakan musik untuk memperlihatkan lapis-lapis emosinya, bukan sekadar untuk menceritakan kegiatan yang ia lakukan. (SIR). Foto: Dok. Istimewa.



 


 

 


Topic

Culture

Author

DEWI INDONESIA