Rupa Kriya Satya Cipta dalam Pameran “When She Sings. When She Paints”

Ada sesuatu yang magis dalam cara seorang perempuan mencipta: ketika suara dan warna menjadi perpanjangan jiwa, ketika yang kasatmata (sekala) dan yang tak terlihat (niskala) menyatu dalam kanvas dan nada. Di Zen1 Gallery Jakarta, Satya Cipta, seorang seniwati sekaligus penyanyi asal Bali, mempertemukan kedua dunianya dalam pameran "when she sings. when she paints".
Paras Karya nan Jelita
Melihat karya-karya Satya yang begitu jelita, Anda akan langsung mengenali kesan personal yang merefleksikan diri sang seniwati. Meski demikian, Satya sejatinya tidak melukis tentang perempuan Bali, ia adalah perempuan Bali yang melukis.
Tanpa retorika, tanpa deklarasi. Yang tertinggal hanyalah getaran: antara goresan dan gema, antara bentuk dan kekosongan. Dalam budaya Bali yang kerap terjebak antara tradisi dan pertunjukan, Satya memilih jalan sunyi, sebuah meditasi dalam warna dan garis di mana batas antara seniman dan karyanya lenyap.
Dimensi Kontemplatif

Dalam seri karyanya kali ini, mata kita akan lebih seringkali dimanjakan oleh kehadiran bunga-bunga dan serangga-serangga yang memiliki daya tarik tersendiri bagi Satya. Baginya, elemen-elemen alam ini memiliki kemiripan dengan unseen world, atau dunia niskala dalam kepercayaan Bali, yang meskipun tak kasat mata namun memiliki pengaruh dan peran yang signifikan dalam kehidupan. Layaknya serangga, yang seringkali terabaikan namun krusial bagi keberlangsungan ekosistem, dunia niskala juga diyakini memberikan kontribusi besar dalam dinamika kehidupan.
Lebih jauh dari sekadar representasi visual, karya-karya Satya juga menyimpan lapisan filosofi hidup yang ia peroleh melalui pengalaman pribadinya dan pengamatannya terhadap dunia di sekitarnya. Seringkali, dalam kesibukan sehari-hari, makna-makna mendalam ini luput dari perhatian. Namun, di saat-saat hening malam, muncul kesadaran akan berbagai peristiwa dan pelajaran hidup yang telah dilalui, memberikan dimensi kontemplatif pada setiap goresan dan pilihan visual dalam karyanya.
Dualitas Kreatif
Pameran ini tidak hanya menampilkan lukisan, tetapi juga merefleksikan dualitas kreatif Satya Cipta sebagai pelukis dan penyanyi. Seperti halnya alunan suaranya, goresan lukisannya mengalir tanpa paksaan, mengungkapkan emosi yang jujur dan spontan.
“Lukisan di sini dibuat berdasarkan beberapa puisi yang dibuat oleh mentorku Namanya Tjokorda Krishna Sudarsana dari Puri Ubud. Tentang sekala niskala. Melalui puisi-puisi itu saya berusaha mengintegrasikan perasaan dan juga pengalamanku, khususnya sebagai perempuan, terhadap dunia, terhadap mimpi…” tuturnya.
Rupa Sekala-Niskala yang Puitis
Sutradara Garin Nugroho menggambarkan karya Satya dengan apik. Katanya, kekuatan karya rupa Satya Cipta bertumpu pada goresan mereferens lukis Bali, namun diolah dalam kesederhanaan yang kompleks, dibawa dalam psikologi personal dan kini dibawa pada environment meditatif.
“Segalanya paradoks , dituturkan dalam kelembutan (tidak ramai dan warna-warni ) , bercerita layaknya tradisi gambar bertutur , terkadang dengan tekanan kecil warna kuat, Segalanya Paradoks , antara kemanusiaan vs kebinatangan; keindahan vs kekejian; kesederhaaan versus kompleksitas; kelembutan versus kekerasan; terlihat versus tidak terlihat,” komentarnya.
Teks dan foto: Mardyana Ulva