Revenge Bedtime Procrastination: Balas Dendam Waktu Me Time
Istilah Revenge Bedtime Procrastination mulai muncul pada tahun 2014 yang biasa dialami oleh para individu yang sangat sibuk.
10 Jan 2022



Seberapa sering Anda meluangkan waktu atau memiliki waktu untuk melakukan me time? Kapan biasanya Anda melakukan hal tersebut? Selepas bekerja? Hanya di akhir pekan? Atau menjelang tidur di malam hari? Sejatinya, meluangkan waktu untuk me time memang penting demi menjaga kestabilan hidup dan kesehatan mental. Sayangnya, bagi para pekerja yang super sibuk, hal tersebut sering dilakukan di malam hari sehingga memundurkan waktu tidurnya.
 
Jika sudah seperti itu, tandanya Anda mengalami Revenge Bedtime Procrastination, sebuah fenomena di mana seseorang menunda waktu tidurnya demi melakukan hal yang mereka sukai karena tidak memiliki waktu di siang hari. Ini adalah cara mereka untuk menemukan waktu yang tepat untuk bersantai.
 
Mengutip verywellmind.com, istilah Revenge Bedtime Procrastination atau menunda-nunda waktu tidur diperkenalkan pertama kali di sebuah makalah karya Dr. Floor Kroese, seorang ilmuwan dari Utrecht University di Belanda, bersama koleganya yang muncul di artikel Frontriers in Psychology pada tahun 2014. Penambahan kata ‘revenge’, yang berarti membalas dendam, pertama kali digunakan di Tiongkok untuk menggambarkan betapa lelahnya para pegawai yang bekerja selama 12 jam per hari sehingga mereka rela tetap terjaga di malam hari demi bisa merasakan me time-nya.
 
Melansir dari medicalnewstoday.com, fenomena Revenge Bedtime Procrastination ini meningkat 40% selama pandemi di tahun 2020. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan waktu beraktivitas (kerja, kuliah, sekolah, dan sebagainya) yang tidak jelas selama melakukan WFH sehingga tingkat stres pun jadi meningkat.

   
Menurut Sara Makin, M.S.Ed., NCC, LPC, founder dan CEO dari konsultasi online Makin Wellness, “Para perempuan dan pelajar menjadi kalangan yang lebih sering mengalami fenomena ini.” Menurut data dari American Psychological Association melalui survey mereka di tahun 2010, perempuan cenderung lebih mudah terserang stres dibandingkan laki-laki. Itulah mengapa fenomena Revenge Bedtime Procrastination banyak dialami oleh para perempuan.

Meski begitu, keterjagaan seseorang hingga larut malam tidak lantas pasti dianggap mengalami fenomena Revenge Bedtime Procrastination. Mengintip dari verywellmind.com, setidaknya ada tiga pertanda bahwa seseorang mengalami fenomena ini.
 
Yang pertama adalah penundaan waktu tidur seseorang pasti mengurangi waktu tidurnya secara keseluruhan setiap malam. Selain itu, alasan mereka menunda waktu tidurnya bukan dikarenakan alasan-alasan khusus, seperti terganggu karena lingkungan sekitar. Dan yang terakhir adalah mereka yang mengalami fenomena ini sadar akan konsekuensi atau bahaya yang akan akan mereka hadapi, namun mereka tetap melakukannya.
 
Jika Anda termasuk salah satu individu yang mengalami fenomena Revenge Bedtime Procrastination, sebaiknya mulai mengurangi kebiasaan ini karena berbagai macam bahaya dapat mengintai, seperti kecemasan, depresi, sulit berkonsentrasi, tekanan darah tinggi, meningkatkan risiko masalah jantung, melemahkan imunitas tubuh, meningkatkan berat badan, hingga daya ingat yang menurun.
 
Untuk itu, pengidap fenomena Revenge Bedtime Procrastination ini disarankan untuk membenahi waktu atau jadwal yang dilakukan sehari-hari, membiasakan tidur di waktu yang lebih awal, dan mematikan semua gawai.
 
Kebiasaan menunda-nunda waktu tidur ini memang sulit untuk dihilangkan jika si individu sudah melakukannya dalam waktu lama. Namun, demi hidup yang lebih sehat dan normal, tidak ada salahnya untuk sedikit demi sedikit mengurangi kebiasaan tersebut. Dengan begitu, seluruh aktivitas Anda juga akan tertata dengan baik. (RJ) Foto: Pexels.
 

 

 


Topic

Health

Author

DEWI INDONESIA