Dunia Monogram yang Berjaya dan Tak Lekang oleh Waktu
Napak tilas sejarah tas monogram dan pesonanya yang tiada berujung hingga saat ini.
12 Jan 2022



Bagi sebagian besar perempuan, membeli tas rancangan desainer atau produksi rumah mode tertentu bukan hanya sekedar soal bergaya. Tas dengan embel desainer pasalnya membawa kebanggaan tersendiri. Tas berlogo desainer dianggap dapat mengangkat status sosial, gaya, dan kepribadian seseorang. Di sisi lain, tas dengan nilai histori tertentu dianggap sebagai sebuah benda seni yang tak ayal menjadi item investasi di kemudian hari. Tas monogram menjadi salah satu tas yang dapat mewakili kedua sisi tersebut.

Tas monogram merupakan tas dengan desain yang mengombinasikan beberapa huruf menjadi satu kesatuan. Dikerjakan sedemikian rupa - bukan hanya disejajarkan berdampingan - untuk menghasilkan kekhasan yang mudah diingat. Lambat laun, tas monogram pun didapuk menjadi ikon bergaya yang hingga kini pesonanya masih terus diagungkan oleh para pecinta fashion.
 

Awal mula tas monogram

Louis Vuitton menjadi rumah mode pertama yang mengangkat monogram menjadi sebuah tren. Awalnya, putra Louis Vuitton, Georges, menciptakan desain monogram ini untuk menghentikan pemalsuan brand yang marak terjadi di tahun 1896. Inisial L dan V kemudian dipadukan dengan bentuk bunga yang terinspirasi dari gabungan nuansa Jepang dan Oriental, diberi sentuhan akhir lagi hingga menjadi bentuk wajik dan bulat.

Pertama kali, monogram Louis Vuitton terlihat pada desain peti kemas yang menjadi unggulan rumah mode tersebut.


Setahun kemudian, Georges mendaftarkan monogram Louis Vuitton menjadi sebuah desain paten, dan di tahun 1905 menjadi sebuah merek. Bentuk monogram lain seperti motif papan catur juga diciptakan, menjadi kekhasan Louis Vuitton yang tidak pernah pudar dan telah berkembang tak hanya menjadi motif pada peti kemas namun di seluruh item fashion saat ini.
 

Ikon monogram

Lewat perjalanan panjang Louis Vuitton di atas, tentu sah menyebut monogam LV sebagai awal mula penggerak tren. Namun, apalah arti fashion jika pilihan yang tersedia hanya berpusat pada satu brand semata. Fendi, Gucci, dan Goyard menjadi destinasi rumah mode lain yang menawarkan ragam tas monogram dengan keunikan masing-masing.

Motif Dior Oblique yang kembali digilai di era Maria Grazia Chiuri.


Dior Oblique juga menjadi motif dengan desain monogram yang dipuja para pecinta fashion di seluruh dunia. Pertama kali diciptakan oleh Marc Bohan, Direktur Kreatif Christian Dior di tahun 1961-1989. Motif ini kemudian dipopulerkan lagi pada masa John Galliano di awal tahun 2000-an. Di era Maria Grazia Chiuri, Dior Oblique makin digilai lewat pengaplikasian yang begitu apik pada material kanvas Dior.

Di tahun 1965, Karl Lagerfeld juga mendesain kembali monogram Fendi yang menjadi simbol kemewahan dan sejarah keluarga Fendi. Diaplikasikan dalam tas Baguette yang makin digandrungi para pecinta fashion setelah Carrie Bradshaw dalam serial “Sex and The City” memakainya di akhir tahun 1990-an.
 

Kejayaan monogram hingga kini

Mungkin beberapa waktu lalu, monogram sempat kehilangan titik terangnya di industri fashion. Banyak yang mengatakan bahwa perempuan yang membeli tas monogram terkesan lawas. Pasalnya, sempat ada masa tas monogram lebih digandrungi perempuan paruh baya. Hal ini lantas menjadi pekerjaan rumah para direktur kreatif soal bagaimana mendesain ulang dan tentunya dengan strategi pemasaran tertentu dapat membawa lagi masa kejayaan tas monogram.

Riccardo Tisci menjadi pencetus monogram berinisial TB untuk Burberry.


Hal ini jelas menjadi pekerjaan rumah yang diselesaikan dengan baik. Bahkan tas monogram kian menjamur. Burberry yang awalnya lebih dikenal dengan motif kotak-kotaknya kini juga menghadirkan tas berlogo TB yang merupakan inisial pendiri, Thomas Burberry. Monogram ini dikenalkan sebagai simbol kekhasan terbaru Burberry sejak dinahkodai Riccardo Tisci. Gucci pun tak ketinggalan, menggunakan strategi baru yang memadukan dua emblem ikonis bersama Balenciaga. Hal ini menjadi napas segar di industri fashion yang kini memang membutuhkan gebrakan baru kolaborasi dan bukan persaingan.

Rilisan terbaru Louis Vuitton dengan monogram di atas material jacquard denim.


Louis Vuitton juga tidak berdiam diri dan terlena sebagai pencetus monogram, koleksi dengan material jacquard denim baru saja dirilis dengan desain monogram khas. Menandakan bahwa kejayaan monogram kini telah kembali dengan deretan pilihan panjang yang masing-masing mencitrakan jati diri secara kuat. (JE) Foto: Dior, Louis Vuitton, Burberry.
 


 

 


Topic

Fashion

Author

DEWI INDONESIA