
Di manakah syukur mula-mula dilahirkan?
Pada ladang yang basah embun, atau pada benang yang pelan-pelan menautkan ingatan?
Atau justru pada tangan manusia yang tak pernah letih menenun harapan?



Di penghujung tahun, Sopo Del Tower dan Tobatenun mempersembahkan MAULIATE, sebuah perhentian lembut di tengah hiruk pikuk kota, tempat ucapan syukur kembali menemukan bentuknya. Nama yang berarti “terima kasih” dalam bahasa Batak Toba ini menggugah kembali ingatan kolektif pada tradisi Gotilon, ritus panen yang menempatkan syukur sebagai inti dari keberlangsungan hidup. Dalam ruang urban yang disulap menjadi lanskap botani tropis, MAULIATE menghadirkan perayaan yang merangkul akar budaya, keheningan alam, dan kedewasaan estetika.

Dalam jantung perayaan ini, teknik Tenun Jungkit, warisan leluhur Tanah Batak dengan metode pakan tambah, didorong menuju babak baru. Tobatenun menampilkan Ulos Sadum dan Tumtuman yang dipadukan dengan sensibilitas modern: kebaya berhias payet bening dari Studio Jeje yang bernapas adibusana, serta siluet maskulin Maison Obscura yang mengguratkan ketegasan tanpa meninggalkan kehalusan motif. Kolaborasi diperluas melalui interpretasi dekonstruktif Rinda Salmun atas Sadum, busana siap pakai Kantita yang memetik inspirasi dari Ulos Mangiring dan Jabu Bolon, serta aksesori tas tangan rancangan Lungsin yang mengusung tenun ATBM ke ranah kontemporer.



Prosesi MAULIATE berlangsung di Sopo Del Office Towers + Lifestyle Center, lingkungan yang dirancang oleh Toba Pengembang Sejahtra sebagai ruang berdenyut bagi kreativitas dan kolaborasi. Dengan dukungan MAKEOVER by ParagonCorp, 2ICONS, Everbest, Manjusha, Altruva Clinic, dan Dapoer MM, perayaan ini menjadi titik temu antara seni, budaya, dan kepedulian. Sebuah silent auction digelar sebagai wujud empati, menyalurkan seluruh hasilnya kepada para korban bencana di Sumatra, menegaskan bahwa keindahan selalu menemukan maknanya ketika dibagi.
Dan ketika malam mengatup perlahan, benang-benang itu kembali berbisik: bahwa syukur adalah cahaya yang tak pernah padam,
dan manusia, pada akhirnya, adalah makhluk yang terus menenun hari esok.