
Bagi fotografer Burhan Prawira, fotografi bukan sekadar soal komposisi atau cahaya, melainkan tentang menangkap kejujuran dari setiap subjek di depan kamera. “Saya percaya setiap orang punya keunikan tersendiri, dan tugas saya adalah menampilkan potensi terbaik mereka,” ujarnya. Prinsip ini menjadi fondasi yang menuntun langkahnya sejak awal karier hingga kini, di tengah berbagai proyek yang ia jalani.
Saat ini, fotografer yang akrab disapa Hann ini tengah sibuk mengembangkan Humann Management, agensi model yang ia dirikan, sembari tetap aktif mengerjakan proyek-proyek fotografi komersial. “Rasanya menyenangkan bisa menyalurkan dua passion sekaligus: mengelola talenta dan tetap berkarya lewat visual,” katanya.
Dua Hari, 30 Wajah Baru
Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Hann adalah keterlibatannya dalam Jakarta Fashion Week (JFW) Fresh Face 2026. Dalam ajang pencarian model baru ini, ia berhadapan dengan energi muda yang penuh semangat dan rasa ingin tahu.
“Seru banget melihat para model baru yang penuh passion. Tantangannya? Melakukan pemotretan untuk 30 model secara maraton selama dua hari berturut-turut. Capek, tapi puas,” kenangnya.
Antara Tekanan dan Kepuasan Kreatif
Sebagai fotografer dan pengusaha kreatif, Hann tidak menutupi bahwa pekerjaannya datang dengan tekanan tersendiri. “Kadang tekanan dari deadline dan ekspektasi bisa terasa overwhelming, apalagi ketika harus menyeimbangkan beberapa proyek sekaligus,” ungkapnya.
Bagi Hann, momen paling berharga terjadi ketika ia berhasil menangkap gambar yang sesuai visinya. “Sering kali saya langsung berteriak, ‘Yeah! That’s the money shot!‘” tuturnya sambil tertawa.
Pendekatannya terhadap fotografi ternyata sangat personal: inspirasi justru datang dari subjek itu sendiri. “Saya percaya setiap orang punya keunikan tersendiri, dan tugasku adalah menampilkan potensi terbaik mereka.”
Signature Style yang Fleksibel
Dalam hal gaya visual, Hann cenderung menyukai tampilan yang strong, edgy, sedikit raw, dan mungkin sedikit sensual. Namun, ia tetap menjaga fleksibilitas sesuai kebutuhan proyek. “Untuk proyek komersial, aku tetap menyesuaikan dengan kebutuhan klien. Bagiku, fleksibilitas adalah bagian dari profesionalitas,” jelasnya.
Salah satu karya yang paling ia kenang adalah pemotretan untuk edisi ulang tahun sebuah majalah franchise di tahun 2015 lalu. Tanpa survei lokasi dan persiapan matang, sesi itu justru menghasilkan foto-foto yang luar biasa. “Kadang spontanitas justru membawa kejutan terbaik,” katanya.
Antara Gerak, Musik, dan Laut
Di luar dunia fotografi, Hann menjaga keseimbangan hidup lewat olahraga: gym, berenang, badminton, tenis… apa pun yang membuat tubuhnya tetap aktif. Katanya, “saya usahakan empat kali seminggu biar tetap fit.”.
Di sela kesibukan, ia juga suka bermain video game dan menikmati musik house di tepi pantai. Tak heran jika Bali menjadi destinasi favoritnya. “Karena suasananya selalu menyenangkan dan bikin pengen balik lagi,” ujarnya.
Hann menetap di Jakarta, kota yang sudah menjadi rumah sejak lahir. “Lingkungannya familiar, banyak tempat seru buat hang out, dan selalu ada lokasi baru yang menarik untuk foto,” tuturnya. Dari kota inilah ia terus berkarya, menyeimbangkan intuisi, energi, dan visi; menangkap keindahan dalam kejujuran, satu jepretan demi satu jepretan
Menjaga Keaslian di Era Serba Cepat
Di tengah derasnya arus visual di media sosial, Hann percaya bahwa relevansi tidak datang dari mengikuti tren, melainkan dari kejujuran. “Tren datang dan pergi dengan cepat, tapi kedalaman dan storytelling itu abadi. Selama karya kita lahir dari kejujuran dan niat yang tulus, ia akan selalu relevan,” ujarnya mantap.