Salvita Decorte Memandang Seni dan Budaya
Salvita Decorte membagikan pandangannya terhadap perkembangan seni dan budaya di Indonesia hari ini kepada Dewi.
20 Apr 2020




Berada di dunia seni, Salvita Decorte mengaku cukup mengikuti perkembangan seni budaya terutama di Indonesia. Seni budaya menjadi penting karena punya nilai mengumpulkan massa dan mengutarakan pesan. Dari seni rupa misalnya, banyak orang yang akhirnya bisa digapai dari berbagai kalangan dan usia. “Semuanya bisa menikmati seni. Apalagi budaya yang sudah mengakar dalam diri kita. Seni dan budaya bisa mengkomunikasikan apapun kepada siapapun di dunia. Kehadirannya bukan hanya harus dijaga tapi dikembangkan dan dipromosikan. Belum lagi, ini berkaitan dengan identitas kita,” ibu satu anak ini menerangkan.

Ia melihat adanya warna baru di dunia film dan seni rupa. Muncul perupa-perupa muda dengan idealisme dan konsep seninya. Genre film juga lebih berwarna. Ada film yang memang diperuntukkan untuk banyak orang dari segi konsep, tak sedikit pula lahir film-film indie dan seni yang punya audiens di segmen tertentu. Apresiasi penonton pun meningkat. Pemerintah harus memahami dampak dari film atau kesenian lainnya tidak kecil. “Seni punya dampak yang luar biasa untuk mengumpulkan massa dan bicara,” ujarnya.

Bisa dilihat dari berapa banyak orang yang pergi ke bioskop menonton film atau ajang art fair. Anak muda khususnya, sudah mulai tertarik pada seni. Meskipun tak bisa dikatakan semuanya datang untuk sungguh-sungguh menikmati maupun paham. “Tak mengapa mereka meramaikan hanya demi mengikuti tren. Setidaknya mereka mencoba, siapa tahu ada ketertarikan mendalami lebih serius. Itu akan membuka mata lebih luas dan menambah nilai ke hidup mereka,” terang Sal. Dalam satu kesempatan ia bicara dengan rekan kurator tentang perkembangan seni lukis di Bali. Mereka mencari pelukis muda. “Saya tahu mereka ada, tapi tidak tahu siapa saja,” kata Sal. Berarti, tinggal bagaimana menemukan, mengumpulkan, dan mengembangkan kemampuan generasi muda di bidang seni.

Pendidikan seni dari dini diperlukan. Orangtua tidak perlu serta merta memaksa. Tapi tidak ada salahnya memperkenalkan seni kepada anak. Sal bersyukur telah mendapatkannya. Masa kecil Sal dekat dengan kesenian apalagi ia tinggal di Bali yang nuansa seninya sangat kental. Ia menyerap semua hal di lingkungannya dan menjadi seperti sekarang. Selain melukis dan seni peran, Sal juga merancang perhiasan. Lini perhiasannya diberi nama Studio Ruang.

Bekerja di ruang kesenian sebagai model, aktris, perancang perhiasan, dan pelukis. Ia tak bisa memilih satu dari semuanya. “Melukis dan merancang perhiasan punya bahagia yang tidak ada di film. Tapi bukan berarti saya meninggalkan film. Saya mencintai semua,” ucap peraih nominasi Tuti Indra Malaon Awards (Aktris Pendatang Baru Terbaik) di Piala Maya 2015 lewat film Lily: Bunga Terakhirku. Kelak, ia ingin kembali belajar menyanyi dan mencoba seni teater. Perjalanan masih panjang. Banyak hal yang belum ia ketahui dan kerjakan. Semisal, berlatih olah suara yang akan mendukungnya dalam peningkatan kualitas pemeranannya. (Wahyu Septiyani.)

Pengarah Gaya: Karin Wijaya
Foto: Hilarius Jason
Tata Rias dan Rambut: Priscilla Rasjid
Busana: Chanel



 

 


Topic

Cover Story

Author

DEWI INDONESIA