Lintas Batas Pop dan Opera di Luciano Pavarotti Foundation and Anggun in Concert
'The Luciano Pavarotti Foundation and Anggun in Concert' resmi digelar pada Sabtu, 9 November 2019.
12 Nov 2019


Konser persembahan dari Luciano Pavarotti Foundation, menampilkan Anggun dan sederet penyanyi opera internasional lainnya.



Pertunjukan musik klasik dari konser kolaborasi Luciano Pavarotti Foundation dan Anggun, berhasil menghidupkan kembali indahnya harmoni dalam konsepsi pencampuran genre musik di panggung besar sebuah pagelaran.

Dipimpin oleh konduktor Eunice Tong Holden dengan Jakarta Simfonia Orchestra, konser persembahan ini membawa 30 pemusik dan satu pianis yang juga sahabat dari mendiang Pavarotti, Paolo Andreoli. Selain itu, ada lima penyanyi yang turut mengisi pagelaran musik ini, antara lain Matteo Desole, Giuseppe Michelangelo Infantino, Giulia Mazzola, Lorenzo Licitra, dan Anggun C. Sasmi. Konser terbagi menjadi dua babak pertunjukan.

Babak pertama, konser dibuka dengan penampilan persembahan untuk komposer opera Italia Giuseppe Verdi, yang dibawakan oleh Infantino pada lagu La donna é Mobile. Diikuti dengan sang soprano Mazzola yang berduet di lagu Brindisi. 

Keduanya membawakan nuansa opera dengan teknik bel canto yang kembali menggaung di kota Jakarta. Keintiman pembuka dengan harmoni suara megah dari Mazzola dan Infantino membuat nyawa Aula Simfonia seperti terisi kembali.

Penampilan trio pertama dalam babak pertama adalah dari Mazzola, Desole, dan Anggun yang membawakan lagu Torna a Surriento karya musisi era Neapolitan Italia, Ernesto de Curtis dan belakangan dipopulerkan oleh Andrea Bocelli. Kombinasi cara bernyanyi dari genre pop dan opera, terasa pada pembawaan keseluruhan lagu ini. Setiap penyanyi punya porsi mereka masing-masing, yang membuat lagu ini bersinar dengan sendirinya tanpa egoisme dari para pembawa lagu.

 

Kolaborasi lagu 'Snow on the Sahara' bersama Anggun, Licitra, Desole, dan Infantino.



Penutupan babak pertama diisi oleh lagu ikonik ‘Snow on the Sahara’ dari Anggun, yang dinyanyikan bersama dengan para penyanyi opera seperti Desole dan Infantino, serta kombinasi pop modern dari Licitra. Pembagian simfoni yang pas dalam tiga genre turut mewujudkan tajuk blaster musik yang menjadi konsep utama konser ini.

Masuk ke babak kedua, pembukaan permainan piano dari Andreoli dengan ‘Once Upon a Time in America’ karya Ennio Moriconne. Lagu ini menjadi pengantar pada narasi babak baru. Dengan sensitif, Andreoli bisa menembus lapisan-lapisan perasaan yang terdalam sekalipun melalui permainan pianonya.

Pada babak kedua, kita lebih disodori dengan musik modern yang menampilkan lagu-lagu seperti dari band U2 hingga Queen. Namun, persembahan terhadap musisi terdahulu layaknya Lucio Dalla dan Harry Warren, juga ikut terdengar dalam babak ini.

Dalam sesi ini, Anggun berduet secara virtual dengan mendiang Luciano Pavarotti lewat lagu Caruso dari Lucio Dalla. Pembawaan karakter Anggun dengan pop-rock-nya tereksekusi dengan sinkron oleh suara Pavarotti. Caruso yang diciptakan oleh Dalla pada tahun 1986, sebenarnya merupakan tribute terhadap penyanyi tenor Italia lainnya, Enrico Caruso. 

Tentu, lagu ini menemukan konteksnya saat dibawakan Pavarotti semasa hidup dan kemudian dibawakan Anggun untuk memperingati Pavarotti, si pencapai nada C5, alias notasi tertinggi senjata wajib para tenor Italia. 

Penutupan dari penampilan kelima penyanyi ini, terangkum dengan apik. Paduan musik orkes dari Eunice Tong punya peran dalam membangun jembatan antara jenis musik yang ada. Lewat konser ini, penonton diajak untuk menyelami lebih dalam kekosongan dari kisah sebuah musik, baik itu lagu berlirik maupun tidak. Pagelaran musik persembahan untuk Luciano Pavarotti ini setidaknya telah menjawab kekosongan itu. (FH) Foto: Aula Simfonia Jakarta

 


Topic

Art and Culture

Author

DEWI INDONESIA