Telaah Gagasan Kartini di Era Kini

Raden Ajeng Kartini, sosok yang namanya begitu lekat dengan semangat emansipasi perempuan di Indonesia, terus menjadi inspirasi bagi generasi-generasi setelahnya. Semangatnya untuk meraih kesetaraan gender dan mematahkan belenggu patriarki ibarat api yang baranya tak pernah padam, menjadikannya ikon perjuangan kaum Hawa di tanah air.
Cuplikan-cuplikan pemikiran Kartini, yang tertuang dalam surat-suratnya untuk para sahabat di Belanda, layak untuk dipelajari karena gagasan-gagasannya yang jauh melampaui zamannya. Surat-surat Kartini ini, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, bisa kita baca kembali di trilogi Kartini yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia.
“Dan sekiranya saja undang-undang di negeri saya mengizinkannya, tidak ada yang lebih saya inginkan dan perbuat selain menyerahkan diri saya sepenuhnya untuk pekerjaan dan perjuangan perempuan baru seperti di Eropa. Tetapi tradisi yang sudah berabad-abad, bagaimanapun juga, tidak bisa diubah begitu saja, membuat kami terbelenggu dalan cengkeramannya yang kuat,” tulis Kartini dalam salah satu suratnya.
“Suatu hari, ya tentulah, cengkeraman itu akan melepaskan kami, tetapi saat-saat seperti itu mash jauh lagi dari kani - sungguh tidak terhingga jauhnya! Masa itu pasti datang, saya yakin akan itu, tetapi baru tiga atau empat generasi setelah kami,” tulisnya lagi.
“Ada 179 surat dan 11 artikel yang diterjemahkan dari Bahasa Belanda untuk tiga buku Kartini ini,” ungkap Wardiman Djojonegoro, penyunting buku Trilogi Kartini tersebut, dalam diskusi ‘Mengenal Raden Ajeng Kartini’ pada Kamis (30/1) di Cemara Gallery.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa semangat emansipasi untuk membela kaumnya itu masih relevan sampai sekarang. Terutama karena perempuan masih terkungkung oleh berbagai keterbatasan dan stigma.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, yang ikut hadir secara daring dalam diskusi ini, menambahkan bahwa meskipun zaman telah berganti, namun praktik-praktik lama yang menghambat perjuangan Kartini itu masih ada.
“Keterbatasan yang dihadapi perempuan, baik dalam ranah domestik maupun publik, masih menjadi tantangan besar. Diskriminasi gender, kekerasan terhadap perempuan, dan ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan masih menghantui,” tutur Sri Mulyani.
Trilogi Kartini menjembatani kekaguman dan keingintahuan generasi masa kini tentang sosok pembaharu ini. Melalui studi ini, kita akan menggali lebih dalam pemikiran-pemikiran Kartini yang relevan dengan kondisi perempuan masa kini. Kita akan mencoba memahami bagaimana perjuangan Kartini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender dan menciptakan masyarakat yang lebih adil bagi semua. (MAR)
Foto: dok. DEWI