Kisah Chef Andry Susanto Menjaga Warisan Rasa
Di balik sajian persembahan Oma Elly, terdapat obsesi Chef Andry Susanto pada memasak dan kecintaannya pada sang nenek, yang telah membawanya dalam perjalanan kuliner mengesankan.
17 Jul 2020




Selain resep warisan Oma, ada pula hidangan kreasi Andry pribadi. Rasanya persis seperti masakan Oma. “Ternyata saya menyadari, bahwa warisan terbaik yang Oma turunkan ke saya adalah lidah. Karena saya udah terbiasa makan makanan Oma jadi lidah saya sudah terbiasa. Meskipun saya membuat sesuatu yang saya suka dan berbeda, rasa dan seleranya akan sama dengan Oma,” ujarnya.

Tidak ada perbedaan antara kreasi asli Oma dan idealisme Andry. Ia memang selalu terobsesi pada memasak meskipun tidak pernah belajar secara akademis. Keterampilannya diperoleh dari momen memasaknya bersama sang nenek, bekerja di restoran, mengamati, dan mencoba. “Waktu teknik gastronomi molekuler muncul, saya mulai belajar banyak tentang sains, kimia, dan memasak. Saya kolaborasi bersama Oma dimana ia menyumbang resepnya dan saya cara memasak lewat ilmu teknologi modern,” katanya.

 

 
Filosofi memasaknya harus selalu berkembang. Tak mungkin selalu sama seiring waktu berjalan. Ia di masa muda adalah orang yang ingin mewujudkan obsesinya mengunjungi restoran terbaik di dunia. Datanglah ia ke beberapa restoran bintang Michelin di Milan dan Barcelona. “Pertama kali mencoba itu luar biasa. Setelah makan kedua dan ketiga, semua rasanya jadi mirip. Saya ingat betul bagaimana mengesankannya pengalaman makan di restoran terbaik. Tapi tak ada satu rasa makanan yang benar-benar membuat saya tercengang,” kisah ayah satu anak ini.
 
Ia mengaku sangat mengapresiasi teknik para koki untuk menyajikan hidangan tersebut. Hanya saja ia berpikir, urusan rasa berada di depan pengalaman. Bagimanapun memasak itu harus tentang rasa. Pengalaman dan presentasi ialah bonusnya. Ia tidak ingin mendahului presentasi dan pengalaman ketimbang rasa. Rasa makanan juga sebisa mungkin bisa diterima olah semua orang. “Akhir-akhir ini saya punya prinsip baru. Ada makanan yang memang sudah enak dari sananya dan tidak perlu lagi terlalu banyak inovasi. Hanya butuh tambahan perhatian pada tekstur dan pengalaman makannya,” kata Andry yang kini sedang asik mengembangkan gelato dan sempat mengambil sekolah gelato di Italia. “Saya bisa bilang, karakter masakan saya itu bold. Rasanya tidak malu-malu. Jelas dan berani. Orang yang memakannya akan langsung merasa apa yang dimakannya,” ungkapnya yakin.
 
Ia bersyukur Oma Elly bisa diterima dan berkembang hingga sekarang ia telah memiliki tim sebanyak 50 orang. Maka, harapannya tak lagi soal bagaimana Oma Elly bisa terus dikenang atau makanannya dicintai banyak orang. Melainkan, ia bisa membesarkan tim. “Saya ingin kita semua makmur bersama,” tutupnya. (Wahyu Septiyani) Foto: Dok. Oma Elly, Dok. Andry Susanto


 

 

Author

DEWI INDONESIA