Svida Alisjahbana, Mengubah Tantangan Menjadi Peluang bagi Industri Kreatif Jakarta

Untuk meningkatkan daya saing kreatif Jakarta, CEO GCMedia Group dan Chairwoman Jakarta Fashion Week, Svida Alisjahbana, menegaskan pentingnya kolaborasi, pendidikan, dan keberlanjutan.

Di dunia mode dan media Indonesia, Svida Alisjahbana menempati posisi sentral berkat kepemimpinannya di GCMedia Group, induk perusahaan dari Jakarta Fashion Week (JFW). Di bawah arahannya, Jakarta Fashion Week tumbuh menjadi salah satu platform mode yang paling berpengaruh di Indonesia, mendorong lahirnya para talenta kreatif baru dan membuka jalan bagi label lokal untuk bersaing di tingkat internasional.

Keterlibatan Svida dalam sesi diskusi tematik ketiga dengan tajuk “Jakarta’s Future Creative Industry: The Strategy to Thrive” menjadi sorotan penting dalam rangkaian Jakarta Investment Festival (JIF) 2025, yang mempertemukan deretan sosok berpengaruh dalam perkembangan ekonomi kreatif Indonesia untuk membahas strategi dan arah pertumbuhan industri ini ke depan. Diselenggarakan pada 9 Oktober 2025 di The St. Regis Jakarta, acara ini merupakan bagian dari upaya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) dan Jakarta Investment Centre (JIC) untuk memperkuat posisi Jakarta sebagai episentrum ekonomi kreatif dan investasi di kawasan ASEAN.

Dalam sesi ini, Svida Alisjahbana, Angga Dwimas Sasongko, Dewi Gontha, dan Robby Wahyudi hadir untuk berbagi pandangan tentang permasalahan dan peluang bagi para kontributor besar dalam industri kreatif di Jakarta, dengan Sophie Navita sebagai moderator.

Advertisement

Melihat Tantangan Sebagai Peluang

Bagi Svida Alisjahbana, setiap hambatan adalah kesempatan untuk berinovasi. “Saya tidak melihatnya sebagai tantangan, tetapi sebagai peluang,” ungkapnya. Ia menilai pesatnya perkembangan fesyen di Indonesia tak lepas dari dukungan berbagai pihak, mulai dari sekolah mode, investor, hingga pusat perbelanjaan yang membutuhkan merek-merek lokal sebagai tenant. 

Svida menjelaskan bahwa sepuluh tahun lalu, banyak desainer bekerja secara individu, tetapi kini mereka mulai membangun perusahaan dengan struktur yang profesional. “Dulu para desainer cenderung bekerja sendiri. Sekarang, banyak label yang berkembang karena memiliki direktur kreatif, direktur pemasaran, dan direktur operasional,” tambahnya.

Ia mengangkat contoh beberapa nama seperti MASSHIRO&Co. dan Nagita Slavina, yang sukses karena membangun sistem kerja yang kokoh. “Nagita itu punya tim desain, tim kreatif, dan tim operasional. Ia tahu apa yang ia kerjakan, bahkan ikut terlibat langsung dalam proses produksinya,” jelas Svida.

Menurutnya, faktor yang sering terlupakan dalam perkembangan merek lokal adalah pentingnya bimbingan dari mentor kelas dunia. Program seperti Indonesia Fashion Forward menjadi bukti bahwa pendampingan yang tepat dapat membawa label Indonesia ke level global. “Yang dibutuhkan adalah mentor yang berpengalaman. Program-program ini memang mahal, tapi hasilnya luar biasa,” pungkasnya.

Mendorong Kolaborasi dan Relevansi Lokal

Selain mendorong ekspansi global, Svida juga menekankan pentingnya membangun kembali potensi lokal. Ia menyoroti gerakan sosial seperti Cita Tenun Indonesia, Tobatenun, dan Amai Setia di Bukittinggi yang berupaya menghidupkan kembali tenun dan bordir daerah agar sesuai dengan selera pasar masa kini. “Bordir Padang itu indah sekali, tetapi sering kali hanya dijadikan taplak meja atau selendang. Padahal, bisa diubah menjadi aplikasi busana modern. Pertanyaannya, siapa yang bisa membantu mereka agar lebih relevan?” tuturnya.

Ia menambahkan, dukungan untuk pengrajin lokal tidak selalu harus datang dari pemerintah. “Perubahan bisa datang dari mana saja; dari masyarakat, komunitas, hingga kontribusi industri yang bersedia berbagi pengetahuan,” ujarnya. Bagi Svida, kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk memperkuat fondasi industri kreatif Indonesia.

Sinergi dan Arah Baru Industri Kreatif Jakarta

Pandangan Svida sejalan dengan rekan-rekannya di panel diskusi. Angga Dwimas Sasongko, pendiri sekaligus CEO Visinema Group, menekankan pentingnya produk kreatif yang bersifat non-fisik sebagai aset masa depan bangsa. “Kita perlu melihat industri kreatif ini sebagai fondasi masa depan anak-anak kita. Cerita dan tokoh lokal bisa menjadi bagian dari identitas nasional, sekaligus membuka peluang ekonomi baru,” ungkapnya.

Sementara itu, Dewi Gontha, presiden direktur Java Festival Production, menyoroti permasalahan biaya tinggi dalam penyelenggaraan acara kreatif di Indonesia. “Biaya sewa tempat dan produksi masih sangat tinggi, sehingga sebagian besar acara masih bergantung pada sponsor,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa dukungan fasilitas dan insentif dari berbagai pihak sangat dibutuhkan agar industri ini bisa terus tumbuh secara berkelanjutan.

Dari sisi kebijakan, Robby Wahyudi, kepala Komite Ekonomi Kreatif Jakarta (KE-JKT), menambahkan pentingnya data yang konkret untuk menunjukkan dampak ekonomi dari industri kreatif. “Kami sedang membangun sistem pengukuran agar pemerintah bisa melihat bahwa setiap satu rupiah yang diinvestasikan di sektor kreatif dapat menghasilkan nilai berkali-kali lipat,” ujarnya. Menurutnya, basis data seperti ini akan membantu menjembatani kesenjangan antara pembuat kebijakan dan penggerak industri.

Menegaskan Komitmen pada Keberlanjutan

Menutup pemaparannya, Svida menegaskan peran Jakarta Fashion Week sebagai ruang untuk memperkuat dan memperluas cerita-cerita dari industri mode lokal. “Jakarta Fashion Week adalah wadah untuk memperkuat suara dan memperluas jangkauan. Ketika ada cerita menarik, kami ingin menjadi pihak yang menceritakannya, misalnya kisah Sejauh Mata Memandang, dan lainnya. Kami sangat mendukung mode yang berkelanjutan dan etis,” pungkasnya.

Dengan visi yang berpandangan jauh ke depan, Svida Alisjahbana menunjukkan bahwa masa depan industri kreatif Jakarta tidak hanya berpusat pada estetika, tetapi juga pada strategi, pendidikan, dan keberlanjutan. Ketiga nilai ini senantiasa membekali Jakarta untuk bersaing di kancah global.

Editor: Akib Aryo Utomo
Teks: Aqeela Hamarthya Czecheska Humayra

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Langgam Lekuk Puitis Kristal Daum x Tamara Ralph

Next Post

Casa Ducati: Ketika Desain Bertemu Adrenalin di Mandalika

Advertisement

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.