
Dalam gelaran tunggal di Jakarta Fashion Week 2026 bertajuk “Believe”, jenama BIASA menarasikan keyakinannya terhadap keabadian kriya: tradisi yang tak lekang, melampaui masa, dan manusiawi. Dalam perjalanannya, yang dikisahkan sang direktur kreatif, Susanna Perini, adalah sebuah memoar tentang Bali dan manusianya…
BIASA, secara esensial, adalah jenama yang sangat Bali; dan ia kini menangkap peralihan peradabannya. BIASA adalah Bali di Ubud, yang mencari kebugaran spiritual; sekaligus Canggu, yang mencari semarak badaniah.






Gelaran dibuka dengan sebaris tribut: adalah Warwick Purser, maestro arsitektur dan kriya, yang baru saja berpulang. Nama Warwick Purser mungkin tidak selantang itu bagi skena mode sekarang, pun namanya masyhur di Bali dan Yogyakarta: seorang Australia yang beralih kewarganegaraan menjadikan Indonesia sebagai rumah, saking cinta dan baktinya mengembangkan kerajinan Indonesia dalam pasar internasional. Warwick, sahabat Susanna, turut membantu BIASA dalam mengembangkan corak batik untuk bahan-bahan mereka.
Koleksi BIASA kali ini seakan mencerminkan riwayat BIASA, yang telah tiga dekade berkiprah dalam industri mode Indonesia; dan, dengan demikian, juga evolusi antropologis Bali. Nomor-nomor yang dipresentasikan berkembang dari gaya BIASA biasanya: lebih urban, lebih semarak. Kaftan berjumpa jaket dan mantel panjang, seakan menghalau hujan Bali yang makin berbadai. Begitupun athleisure bersanding rok pendek pesta, mengingatkan kepada rutinitas pagi ke malam Pulau Dewata sekarang.



Seluruhnya didapuk dalam bahan lembut terawang, mendayu-dayu. Jumputan dan lipit tiga dimensi, draperi berlapis lapis dramatis, seakan mencari kesetimbangan bak peralihan wujud daur air. Saling-silang makrame bagaikan jala nelayan Pererenan bersanding dengan lembar-lembar linen lembut melambai






Palet warna yang digelar lebih kalem dari musim sebelumnya: biru laut dan salem koral, menengarai putih bersih laksana pasir. Kemudian ia beralih menjadi jingga dan secang candikala, dalam dan mengangkasa. Rupa-rupanya, kita tengah mengucap sayonara kepada peralihan cahaya angkasa, dari terbit Sanur hingga terbenam Jimbaran…